Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Kegagalan Luis Milla memberikan kemenangan di pertandingan debut sebagai pelatih tim nasional Indonesia seolah mengulangi cerita lama.
Penulis: Indra Citra Sena
Fakta sejarah menyebutkan bahwa juru taktik asing selalu saja gagal memukau penikmat sepak bola Tanah Air sejak pergantian milenium.
Milla mengikuti jejak Ivan Kolev (Bulgaria), Peter Withe (Inggris), Alfred Riedl (Austria), Wim Rijsbergen (Belanda), dan Jacksen F Tiago (Brasil), yang seluruhnya tidak bisa langsung membawa keceriaan kepada segenap elemen timnas.
Kolev mengawali kariernya bersama timnas dengan hasil imbang 0-0 dari Myanmar di Piala AFF 2002.
Hasil kurang memuaskan kiga didapat Withe (0-2, Singapura), Riedl (1-7, Uruguay), Rijsbergen (1-1, Turmenistan), dan Jacksen (1-2, Arab Saudi).
Sekarang tinggal bagaimana Milla menyikapi sekaligus mengambil pelajaran dari kekalahan Indonesia.
Evaluasi terhadap kekurangan tim berupa ketahanan fisik dan improvisasi saat mengalami situasi deadlock akibat seringkali melepas umpan panjang.
Baca Juga:
“Saya sangat senang dan bangga menyaksikan determinasi pemain di atas lapangan. Mereka sudah berjuang dengan baik. Saya kira jalan masih panjang. Kami memiliki banyak pemain bagus yang mau bekerja keras serta berkorban untuk Indonesia,” ujar Milla.
Dalam hal perbaikan performa tim, sejarah berpihak kepada Milla.
Seluruh pendahulunya memetik hasil lebih baik setelah mencatat debut mengecewakan, yakni Kolev (vs Kamboja 4-2), Withe (Sri Lanka 2-2), Riedl (vs Maladewa 3-0), Rijsbergen (vs Turkmenistan 4-3), dan Jacksen (vs China 1-1).