Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Peran vital gelandang Real Madrid, Francisco Roman Alarcon Suarez atau yang akrab disapa Isco (24), terus-menerus tergerus dalam tiga era kepelatihan.
Datang bersamaan dengan Carlo Ancelotti ke Real Madrid pada 1 Juli 2013, Isco berlabel bintang masa depan Spanyol. Tak heran Los Blancos mau menebusnya dari Malaga dengan banderol 30 juta euro (sekitar Rp 430,6 miliar).
Kehebatan Isco disadari oleh Ancelotti. Pelatih kelahiran Reggiolo, Italia, ini pun langsung menuai benih kegarangan sang anak asuh dalam laga perdana dia di ajang La Liga (Real Betis) dan Liga Champions (Galatasaray).
Ditempatkan sebagai pemain sayap kanan ketika menjamu Betis di Santiago Bernabeu pada 18 Agustus 2013, Isco dengan gemilang mencetak satu gol dan satu assist untuk membawa timnya menang 2-1.
Kecemerlangan Isco berlanjut di kompetisi paling elite Benua Eropa saat bertandang ke markas Galatasaray pada 17 September 2013. Mengisi pos gelandang serang, dia lagi-lagi mengemas satu gol dan satu assist yang mengantarkan Real Madrid mengunci kemenangan 6-1.
Dua aksi pembuka heroik tersebut berujung manis pada akhir musim. Isco mampu mengemas delapan gol dan tujuh assist dari 32 penampilan di La Liga yang merupakan kontribusi terbanyak dia dalam satu musim sejak berseragam Real Madrid hingga sekarang.
Beralih ke Liga Champions, Isco sanggup mengukir tiga gol dan dua assist dalam 12 pertandingan, sekaligus berperan penting dalam keberhasilan Los Blancos meraih titel La Decima (kesepuluh).
— Hamad Al-otaibi (@HamadRMD) March 11, 2017
#isco #LaLiga #RealMadridbetis pic.twitter.com/V3U71Ydiaq
Pada pertandingan final Liga Champions musim 2013-2014 melawan Atletico Madrid, Isco memang baru diturunkan Ancelotti pada menit ke-59 untuk menggantikan Sami Khedira. Namun, itu merupakan bentuk kesadaran Don Carlo terhadap matinya aliran bola dari lini tengah yang membikin pasukannya tertinggal 0-1 pada 45 menit pertama.
Masuknya Isco membuat permainan Real Madrid kembali hidup dan mampu menggelontorkan empat gol via Sergio Ramos, Gareth Bale, Marcelo, dan Cristiano Ronaldo.
Seusai laga, Isco terbukti menjadi salah satu aktor kebangkitan Ronaldo dan kawan-kawan. Dia menyandang status sebagai pemain Real Madrid dengan tingkat akurasi operan tertinggi (90 persen). Bahkan, dua di antara 48 operannya dinilai sebagai umpan kunci.
Akan tetapi, keindahan kolaborasi Isco dan Ancelotti yang berhasil menjadi kampiun Copa del Rey (2014) dan Liga Champions (2014) berakhir pada 25 Mei 2015 lantaran Los Blancos hampa gelar pada musim kedua mereka.
Padahal, kemampuan Isco dalam hal assist mulai dibangun Ancelotti pada musim kedua mereka. Pemain Muda Terbaik Eropa 2012 ini mencatatkan rekor assist tertinggi sepanjang berkarier dalam satu musim di La Liga (9) dan Copa del Rey (4).
Namun, Ancelotti telah pergi dan tak disangka hal ini juga membuat nasib Isco ikut terombang-ambing.
Rafael Benitez pun hadir sebagai pengganti Ancelotti.
Di bawah bimbingan Benitez sejak 3 Juni 2015, Isco bak lupa cara menciptakan gol alias mandul.
Dia baru bisa menyumbang gol dalam partai ke-13 ketika menjebol gawang Las Palmas saat Real Madrid menang 3-1 di La Liga pada 31 Oktober 2015.
Namun, ketajaman Isco di Liga Champions tak kunjung muncul. Melakoni enam pertandingan beruntun, dia selalu gagal menggetarkan jala musuh.
@isco_alarcon /real madrid fans with u pic.twitter.com/z0DRdnFIDL
—(@oo0_sa) March 8, 2017
Berbeda dengan dua ajang tersebut, Isco langsung tancap gas di Copa del Rey. Dia mengukir dua gol dalam pertandingan pertamanya musim itu.
Sayang, laga babak keempat leg pertama Copa del Rey yang ditutup dengan kemenangan 3-1 Real Madrid atas Cadiz itu menjadi penanda berakhirnya laju mereka. Pasalnya, Benitez melakukan blunder dengan menurunkan pemain yang masih menjalani skors, Denis Cheryshev. Hal ini membuat Los Blancos didiskualifikasi.
Rentetan torehan buruk Real Madrid berujung pada pemecatan Benitez pada 4 Januari 2016.
Berarti, di bawah besutan Benitez, Isco hanya menggelontorkan tiga gol dari 20 laga. Selain di Copa del Rey, dia mencetak sebiji gol di La Liga.
Tampuk estafet Benitez berlanjut ke Zinedine Zidane.
Pada era Benitez, Isco sempat mengemas lima assist (satu assist per 100,8 menit) di Liga Champions, sedangkan lima partai berikutnya yang dia jalani bersama Zidane, diakhiri tanpa satu pun gol maupun assist atau vakum kontribusi dalam 206 menit!
Bahkan, Isco tidak dipilih Zidane sebagai salah satu eksekutor dalam partai final menghadapi Atletico Madrid yang harus ditentukan dengan drama adu penalti. Padahal, mantan pilar Malaga ini mempunyai pengalaman enam kali menorehkan gol dari titik putih.
Keputusan Zidane cukup mengejutkan. Apalagi, dia lebih memilih menunjuk Lucas Vazquez dan Marcelo yang notabene tidak mempunyai latar belakang menjadi penendang 12 pas untuk maju sebagai algojo. Memang pilihan pria berpaspor Prancis itu tepat, tetapi pertanda buruk bagi Isco di kompetisi terelite Benua Biru telah tercium.
Ya, Zidane hanya mau memaksimalkan jasa Isco di La Liga. Terbukti, Isco dapat menceploskan dua gol dan empat assist dalam 1.024 menit (berperan tiap 170,6 menit) pertama di bawah sang pelatih. Catatan ini meningkat dibandingkan rezim Benitez ketika Isco cuma mendulang tiga assist dalam 804 menit (berperan tiap 268 menit).
Isco (@LimitlessAdi) pic.twitter.com/ndlnFGpM2J
— ㅤKarim Benzema FC (@KVP____) March 17, 2017
Memasuki musim kedua bersama Zidane, karier Isco tak dapat dibilang membaik.
Beraksi dalam 22 pertandingan di La Liga sepintas terasa menjadi nilai plus bagi Isco. Belum lagi, dia dapat mencetak enam gol dan lima assist.
Akan tetapi, sumbangsih tersebut murni karena kualitas Isco. Pasalnya, dia cuma dipercaya sebagai starter sebanyak 13 kali. Catatan ini menurun jika dibandingkan dengan musim lalu saat dia menjadi pemain inti 16 kali dari total 22 laga pertama dia di La Liga.
isco Vs England. pic.twitter.com/iBJwtvinZT
— . (@Ciiiisco22) March 23, 2017
Kiprah Isco tidak kalah mengenaskan di Copa del Rey. Dari empat penampilan, dia tak sekalipun menuntaskan pertandingan dalam 90 menit. Minimnya menit bermain membuat dia cuma melesakkan satu assist.
Baca Juga:
Kejatuhan Isco paling terasa di Liga Champions. Dia lebih sering mendekam di bangku cadangan (5 laga) daripada bermain (2). Alhasil, 77 menit merumput berakhir tanpa koleksi gol dan assist.
Kabar terkait kemungkinan hengkangnya Isco kembali mengemuka. FC Barcelona menjadi salah satu klub yang digadang-gadang akan menampungnya.
Pengakuan terkait kualitas Isco pun keluar dari mulut gelandang FC Barcelona sekaligus kompatriot dia di tim nasional Spanyol, Andres Iniesta.
"Isco adalah pesepak bola fantastis dengan talenta besar. Dia masih sangat muda dan memiliki banyak waktu untuk terus berkembang," ujar Iniesta.