Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Jerman Vs Inggris, Revolusi Tiga Singa

By Rabu, 22 Maret 2017 | 13:01 WIB
Para pemain tim nasional Jerman (kiri) dan Inggris mengheningkan cipta untuk korban serangan bom di Brussel, Belgia, jelang pertandingan persahabatan di Olympiastadion, Berlin, Jerman, pada 26 Maret 2016. (MIKE HEWITT/GETTY IMAGES)

Inggris melakukan revolusi. Lingkungan tak nyaman yang dibuat oleh pelatih Gareth Southgate diharapkan bisa memicu para pemain tampil bagus buat tim.

Penulis: Anggun Pratama

Southgate dipilih sebagai penerus Sam Allardyce, yang dipecat akibat kontroversi soal pemberian saran tentang kepemilikan pemain dari pihak ketiga.

Praktik ini sudah dilarang FIFA karena mirip dengan perbudakan. Big Sam memperkeruh kondisi timnas Inggris yang gagal total di ajang Piala Eropa 2016.

Southgate, mantan pelatih Inggris U-21, langsung mendapatkan tugas sangat berat, yakni memperbaiki moral tim dan membawa Inggris ke Piala Dunia 2018.

Southgate tidak main-main. Dalam pekan laga internasional ini, ia tak membawa sejumlah nama besar dalam skuatnya.

Pemain seperti Theo Walcott dan Wayne Rooney yang biasanya mendapat jaminan berada di timnas tak dipanggil.

Padahal, mereka bisa dibilang punya ruang mengingat Harry Kane mengalami cedera. Southgate terlihat ingin membuat para pemain yang masuk dalam timnas selalu siaga karena bisa dicoret kapan pun.

Pemanggilan mengejutkan Jermain Defoe juga menunjukkan hal tersebut. Di usia 34 tahun, ia masih rutin membobol gawang lawan bersama Sunderland.

"Kami punya visi jangka panjang tentang cara kami bekerja sebagai sebuah grup. Dalam beberapa bulan terakhir, kami mencoba meletakkan batu-batu pijakan demi mengarah ke sana," kata Southgate.