Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Reformasi kompetisi sepak bola nasional yang ditandai dengan peleburan Perserikatan dan Galatama menjadi Liga Indonesia (Ligina) seolah membuka gerbang masuk bagi pemain asing dari berbagai belahan dunia.
Penulis: Indra Citra Sena
Klub-klub jebolan Galatama yang didukung kekuatan finansial seperti Gelora Dewata, Pelita Jaya, Semen Padang, Petrokimia Gresik, Pupuk Kaltim, dan Mitra Surabaya merekrut sejumlah ekspatriat agar dapat bersaing memperebutkan gelar juara Ligina.
Negara asalnya pun beragam, mulai dari dataran Eropa (Rumania, Bulgaria, Montenegro), Afrika (Angola, RD Kongo, Kamerun), hingga Amerika Selatan (Brasil, Trinidad-Tobago).
Hal ini membawa impak positif terhadap animo penonton yang tertarik meyaksikan pemain asing beraksi di atas lapangan.
Namun, sebagian besar dari pemain asing gagal memenuhi ekspektasi klub sehingga mesti terdepak dan digantikan oleh muka baru di paruh kompetisi.
Baca Juga:
Ambil contoh Petrokimia Putra. Tim yang berdomisili di Gresik ini mendepak dua pemain berkebangsaan Angola, Fernando Miquel dan Botonga Efekele lantaran tidak berkontribusi maksimal.
Petro lalu mendatangkan duet Brasil, Carlos De Mello, dan Jacksen F. Tiago.
Keputusan Petrokimia terbukti tepat mengingat Carlos dan Jacksen berandil mengangkat prestasi tim hingga menembus final kendati akhirnya harus mengubur mimpi juara Ligina I akibat kalah dari Persib Bandung di partai final.
Satu catatan penting, Petrokimia dikalahkan Persib yang bermaterikan 100 persen pemain lokal.
Langkah Petrokimia mengganti pemain asing di tengah kompetisi juga dilakukan Pelita Jaya. Trio Montenegro yang berisikan Mirolad Bajovic, Miodrag Bozovic, dan Dejan Glusevic, dicoret dari skuat lantaran minim kontribusi.
Pengganti mereka adalah trio Kamerun yang salah satunya tercatat sebagai pemain legendaris sekaligus pemegang rekor Piala Dunia, Roger Milla. Sontak jagat sepak bola Indonesia langsung mencuri perhatian media-media internasional.
Siapa tak kenal Milla waktu itu. Dia merupakan kunci keberhasilan Kamerun melangkah ke perempat meloloskan Kamerun dari fase grup Piala Dunia 1994 (Januari 1995), Milla menerima pinangan Pelita.
Kedatangannya di Bandara Soekarno-Hatta mendapatkan sambutan meriah.
Milla yang waktu itu tampak gagah mengenakan batik sempat berbincang singkat dengan Tabloid BOLA terkait perasaan serta antusiasmenya menjajal kompetisi sepak bola Indonesia. Tabloid BOLA pun tak lupa memberikan kenang-kenangan kepada Milla.
“Saya datang ke sini untuk memberikan hiburan dan memajukan persepakbolaan Indonesia,” kata Milla seperti dikutip dari Tabloid BOLA edisi minggu pertama Januari 1995.
Sayang, kedatangan Milla diiringi isu tak sedap. Dia dituduh klub lamanya, Tonnerre Yaounde, melakukan penipuan dalam proses pengurusan Sertifikat Transfer Internasional (ITC) yang menjadi syarat merumput di Indonesia.
“Milla pamit ke Jakarta sebagai pelatih, bukan pemain. Dia juga mengingkari janji tentang pemberitahuan lebih dulu jika hendak bermain di Indonesia,” ujar Direktur Keuangan dan Administrasi Tonnerre, Essomba Eyenga, sebagaimana dikutip dari Tabloid BOLA edisi minggu keempat Januari 1995.
Tabloid BOLA sempat meminta klarifikasi kepada Milla melalui wawancara eksklusif di rumah kontrakannya yang terletak di Vila Cinere Mas.
Awalnya dia tersinggung, tapi lantas menjelaskan bahwa kultur di Kamerun bertolak belakang dengan mayoritas negara lain.
“Seluruh elemen sepak bola Kamerun berisikan orang-orang gila. Keputusan hari ini bisa berubah drastis keesokan harinya. Saya kira kepindahan saya ke sini sudah sesuai prosedur,” ucap Milla.
Bersama Pelita Jaya, Milla mencetak 16 gol serta membantu tim menembus Babak 8 Besar. Sebuah prestasi yang terbilang luar biasa mengingat usia Milla sudah berkepala empat, tepatnya 42 tahun!
Setelah masa kontraknya di Pelita habis per Desember 1995, Milla bergabung dengan Putra Samarinda (Pusam) dan bertahan selama setahun. Di Pusam, dia bermain bareng putranya, Mahouve Marcel, dan berandil meloloskan tim ke babak 12 besar Ligina II.
PEMAIN ASING DI LIGINA I
Gelora Dewata: Alfonso Abel Campos (Angola), Mbog Neytam Jeremie, Vata Matanu (Kamerun)
Pelita Jaya: Miodrag Bozovic, Dejan Glusevic, Mirolad Bajovic (Montenegro), Roger Milla, Maboang Kessack, Emile Mbouh Mbouh (Kamerun)
Medan Jaya: Jijie Claudiu, Cinca Marius (Rumania), Makukula Kuyangana (RD Kongo)
Semen Padang: Antonio Claudio, Daniel Luzardi (Brasil)
Petrokimia Gresik: Fernando Miquel, Botonga Efekele (Angola), Darryl Sinnerine (Trinidad-Tobago), Carlos De Mello, Jacksen F. Tiago (Brasil)
Pupuk Kaltim: Iulian Minea, Iulian Pomuhac (Rumania)
Mitra Surabaya: Kapula Wa Kapuia (RD Kongo), Evelin Iliev Mindev (Bulgaria), Stoyan Assenov Nakev (Bulgaria), Gomes De Oliveira (Brasil)
Arema Malang: Alassane Gaye (Mali)
Ket.: Cetak tebal tersingkir di paruh kedua kompetisi.