Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Setiap mantan pesepak bola punya kenangan baik dan buruk saat masih aktif bermain, termasuk mantan bek Manchester United, Denis Irwin dan David May. Apa kenangan paling mereka ingat saat mereka masih berkarier di Man United?
Irwin dan May datang berkunjung ke Jakarta sejak Jumat (17/3/2017) sebagai bagian dari acara I Love United, Minggu (19/3/2017).
Kedua bek yang masuk ke skuat Man United saat memenangi treble musim 1998-1999 itu mengadakan acara temu media di Jakarta, Jumat sore.
Menurut kedua eks pemain tersebut, kemenangan 2-1 atas FC Bayern Muenchen di final Liga Champions tahun 1999 akan selalu jadi pertandingan yang mereka kenang.
Thank you, Indonesia for your incredible passion and support at #ILOVEUNITED! pic.twitter.com/AkSzHjUBv4
— Manchester United (@ManUtd) March 19, 2017
"Tidak bisa tidak, babak final 1999 adalah pertandingan yang diingat bukan cuma para pemain, tetapi juga semua orang. Setiap orang pasti ingat di mana mereka menonton laga tersebut. Itu malam terbaik di hidup saya. Tidak pernah ada klub Inggris yang memenangi treble sebelumnya, karena itu Man United spesial," kata May.
Man United menang dramatis pada pertandingan yang berlangsung di Camp Nou tersebut. Setan Merah tertinggal 0-1 sejak menit keenam oleh gol Mario Basler.
Mereka baru bisa membalikkan kedudukan lewat gol Teddy Sheringham dan Ole Gunnar Solksjaer saat pertandingan babak kedua memasuki injury time.
Menurut Irwin, saat jeda turun minum, pelatih mereka ketika itu, Sir Alex Ferguson tidak banyak memberikan pesan. Namun, kalimat pria asal Skotlandia itu selalu terngiang di kupingnya.
"Saat itu Ferguson berkata 'tetaplah fokus dan beri segalanya. Kita mungkin tidak punya kesempatan seperti ini lagi'. Man United ketika itu mendengarkan kata-kata Ferguson dan menampilkan semangat tim," kata Irwin.
Baca Juga:
Pertandingan dramatis tersebut bukan satu-satunya laga yang menempel di ingatan Irwin dan May.
Kemenangan atas Barcelona di final Piala Winners 1991 juga menjadi salah satu laga berkesan untuk Irwin. Kala itu, Man United juga unggul 2-1 berkat dwigol Mark Hughes pada pertandingan di Rotterdam, Belanda, itu.
"Barcelona selalu menjadi tim yang bagus. Mereka ketika itu punya pemain sekelas Michael Laudrup dan Ronald Koeman, sementara Man United berada di posisi underdog. Kemenangan pun jadi sesuatu yang spesial," kata Irwin.
Sementara itu, May menyebut kemenangan di final Piala FA 1996 melawan Liverpool menjadi pertandingan yang juga dia ingat.
May turun selama 90 menit dalam pertandingan di Stadion Wembley, London, itu. Dia baru dua tahun di Manchester United saat momen kemenangan tersebut tiba.
"Menjadi pemain muda yang tumbuh besar menonton pertandingan sepak bola di TV, lalu bisa menjalani pertandingan melawan Liverpool yang merupakan musuh bebuyutan di stadion sebesar Wembley, rasanya bagai mimpi," tuturnya.
MANCHESTER UNITED FC – FOOTBALL’S GREATEST TEAMS – TREBLE WINNERS – 1998-1999 https://t.co/UBhiYDRjYg pic.twitter.com/EmM4kusir7
— Football byFreeAgent (@byfreeagent) January 2, 2017
Di sisi lain, perjalanan karier keduanya tidak selamanya dipenuhi kisah yang bagus-bagus.
May tidak menampik bahwa ada kalanya dia mengalami momen terendah dalam menjalani profesi pesepak bola.
"Ya, memang menyenangkan saat bisa memenangi trofi. Bermain di klub seperti Manchester United memberi kesempatan untuk merasakan kegembiraan memenangi gelar dan berinteraksi dengan fans. Namun, momen buruk hadir saat saya mengalami cedera. Tidak ada pemain yang suka mengalami cedera," ucap May.
Irwin sepakat dengan perkataan koleganya. Namun, dia mengatakan bahwa permainan sepak bola selalu memberi alasan untuk tetap optimistis.
"Sepak bola tidak ubahnya hidup. Selalu ada harapan dan bantuan dari teman dan keluarga saat ada masalah. Di sepak bola juga demikian. Ketika Anda berada di performa buruk, teman-teman setim akan siap membantu Anda keluar dari masalah," tutur Irwin.