Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Sambil mengikuti perkembangan Michael Essien yang berlabuh di Persib Bandung, penggemar Chelsea layak senang melihat penerus pemain Ghana itu pengemban tugas gelandang angkut air The Blues, N’Golo Kante.
Penulis: Christian Gunawan
Pemain anyar musim ini tersebut meneruskan sinar terangnya selama dua musim terakhir ini dengan menjadi pencetak gol penentu kemenangan Chelsea atas Manchester United di perdelapan final Piala FA pada Senin (13/3).
Gol itu hanya yang kedua dicetak Kante untuk Si Biru musim ini, setelah sebuah di Premier League, juga ketika membekap United dengan kemenangan besar, 4-0.
Mencetak gol bukan tugas utama Kante di The Blues.
Dengan fungsi defensif di lini tengah, peran Kante dalam dominasi Chelsea musim ini sudah terbilang besar, tak peduli siapa pun rekannya di tengah dalam formasi 3-4-3 yang diinginkan Antonio Conte.
Sayap Chelsea era 1983-88 yang kini menjadi pandit, Pat Nevin, menilai Si Biru memiliki unfair advantage atas para pesaing gelar liga dalam diri gelandang asal Paris itu.
“Kalau ia mulai mencetak gol secara teratur, maka ia akan menghasilkan keunggulan yang terlalu besar buat Chelsea,” ucap Nevin dikutip Metro.
Baca Juga:
Legenda hidup, Frank Lampard, memuji setinggi langit. “Saya akan berkata bahwa ia adalah gelandang tengah terbaik di dunia saat ini. Saya sungguh-sungguh mengatakannya,” ucap Lamps.
Kolega di lini tengah Chelsea, Nathaniel Chalobah, sampai membuat lagu pujian buat Kante yang hanya tiga tahun lebih tua daripada dirinya. Inti nyanyian itu adalah Kante seperti berada di mana-mana di lapangan hijau.
Alasan Foxes Jatuh
Jose Mourinho memiliki opininya tersendiri. Sang “Yudas” menganggap Paul Pogba adalah pemain terbaik di duel itu.
Boleh jadi Mou tak ingin malu karena nilai transfer Kante jauh di bawah kompatriotnya itu. Mungkin pula pelatih Portugis itu menyimpan kekecewaan karena tidak memboyong Kante ke United.
Keputusan Chelsea membajak Kante dari Leicester, setelah musim lalu yang mengesankan di klub gurem itu, terbukti tepat.
Merosotnya performa Leicester musim ini juga turut mengangkat nilai Kante.
Penjualan Kante menjadi salah satu penyebab hilangnya keseimbangan yang menjadi senjata The Foxes menaklukkan Premier League musim lalu.
Pendapat bahwa gelar musim ini berkat Kante akan sukar disanggah Chelsea. Tentu bukan kebetulan kalau eks pemain Caen itu sedikit lagi mencetak sejarah: menjadi pemain pertama yang meraih dua gelar secara beruntun dengan dua klub berbeda.