Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Usianya 31 tahun, bukan umur produktif. Apalagi, Radamel Falcao sempat dianggap sudah habis setelah pengalaman mengerikan di Inggris. Tak dinyana, sang penyerang menjadi salah satu protagonis meroketnya Monaco musim ini. Ketajaman Falcao bak kembali ke masa keemasannya.
Penulis: Christian Gunawan
Agak sukar memisahkan kebangkitan Falcao saat ini dari perjalanan naikturun dalam kariernya. Sebelum mimpi buruk di Premier League, pemain Kolombia ini bersinar terang di tiga liga Eropa.
Porto sedang menyusun kekuatan lagi pada musim panas 2009 setelah Lisandro Lopez pindah ke Lyon. Pilihan jatuh kepada Falcao. Penyerang kelahiran Santa Marta, Kolombia, itu memiliki catatan cukup harum berupa 35 gol dari 90 penampilan Liga Argentina berseragam River Plate.
Pada medio Juli 2009, Porto resmi mendatangkan penyerang yang gemar memakai ikat kepala untuk mengatur rambutnya yang gondrong sebahu itu. Nilainya hanya 3,93 juta euro untuk 60 persen kepemilikan.
Os Dragoes, Sang Naga, julukan Porto, akan bersyukur River menolak penawaran AC Milan, yang disebut senilai 15 juta dolar, pada awal 2008. Yang lebih pasti, Sang Naga layak merasa lega Falcao tak jadi ke Benfi ca beberapa hari sebelum memutuskan datang ke Porto.
Baca Juga:
Eropa menyaksikan naluri mencetak gol Falcao tak membutuhkan masa penyesuaian. Ia mencetak 25 gol Primeira Liga pada musim perdananya di Benua Biru, hanya selisih satu gol dari top scorer 2009/10, Oscar Cardozo.
Sayang, Porto hanya finis di peringkat keempat. Namun, jatah Liga Europa itu memberikan berkah semusim berikutnya. Porto melengkapi dua gelar domestik 2010/11 dengan trofi Liga Europa. Bagi Porto, prestasi itu berarti perpisahan dengan bintang Latin-nya itu.
Atletico menggaet penyerang binaan Lanceros Boyaca dan River ini saat 2011/12 sudah berjalan sesaat. Nilai transfernya mencapai 50 juta euro. Lagi-lagi ia langsung beradaptasi dengan La Liga. Pada musim pertamanya di Atleti, Falcao mencetak 24 gol dari 34 laga liga.