Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Sevilla disebut mulai kehabisan bensin dalam balapan menuju gelar juara. Kendati demikian, Los Nervionenses tak perlu bahan bakar penuh untuk sekadar menaklukkan Leganes pada pekan ke-27 La Liga 2016/17.
Penulis: Sem Bagaskara
Kehadiran Jorge Sampaoli di kursi pelatih Sevilla per musim 2016/17 memberikan efek yang berbeda buat penikmat sepak bola dan jurnalis pencari berita. Pencinta sepak bola netral tentu bahagia melihat Sevilla besutan Sampaoli memeragakan permainan atraktif.
Sebaliknya, para kuli tinta dari pekan ke pekan dibuat pusing menebak-nebak formasi dan susunan pemain yang bakal dipakai sang pelatih asal Argentina itu. Sevilla racikan Sampaoli ibarat bunglon yang selalu berganti warna kulit.
Sampai La Liga berumur 26 pekan, pelatih berkepala plontos itu selalu menurunkan susunan starter yang berbeda. Ujar-ujar "don't change the winning team" tak ada di kamus Sampaoli.
Ia tak pernah menurunkan sebelas awal serupa dalam dua pekan berurutan. Efeknya luar biasa karena Sevilla menjadi susah diprediksi. Setiap personel Los Nervionenses juga merasa dibutuhkan karena batasan tipis antara cadangan dan pemain utama.
Walau rutin melakukan permutasian susunan starter, Sampaoli nyatanya tak bisa menghindarkan anak asuhnya kelelahan. Usai mendulang lima kemenangan beruntun di semua ajang, Los Nervionenses tersandung saat melawat ke markas Alaves pekan lalu.
Wissam Ben Yedder dkk. hanya membawa pulang skor 1-1. Jarak Sevilla dari Barcelona dan Real Madrid pun melebar.
"Sulit untuk mengikuti ritme dua tim teratas di klasemen. Pemain saya telah memberikan segalanya untuk menang, tapi lawan juga berlaku demikian. Saya tak bisa mengkritik pemain atas upaya mereka," kata Sampaoli di situs resmi Sevilla.
Mesin Sevilla tak berjalan maksimal karena dinamo penggerak mereka, Steven N'Zonzi, mulai tampak kepayahan. N'Zonzi boleh dibilang adalah pemain yang kebal dari rotasi ala Sampaoli.