Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Bibit Pesepak Bola Bukan Hanya Ada di Jakarta

By Yuki Chandra - Kamis, 9 Maret 2017 | 16:26 WIB
Indra Sjafri, pelatih timnas U-19, yang memotret kondisi sepak bola usia dini di Tanah Air. (YUKI CHANDRA/JUARA.NET)

Ada sebuah hal yang sederhana yang digunakan pelatih timnas U-19, Indra Sjafri, sebagai acuan dasar dalam menilai potensi bibit pesepakbola andal. Yakni kendaraan yang digunakan sehari-hari. Ia juga menyebut mutiara pesepak bola ada di daerah.

"Pola hidup dan kehidupan anak-anak Indonesia itu beragam, dan semuanya sangat menentukan kualitas motorik mereka ketika beranjak dewasa," kata Indra Sjafri.

Dikatakan Indra, pada daerah pelosok di Indonesia, umumnya anak-anak mulai dari usia SD hingga sekolah menengah lebih memilih berjalan kaki ke sekolah ataupun ke mana-mana. Tetapi ada juga yang menggunakan sepeda.

"Kondisi faktual in berbanding terbalik dengan anak-anak kita yang ada di perkotaan, seperti Jakarta. Umumnya, mereka menggunakan kendaraan bermotor," katanya.

Baca juga:

Kebiasaan dan pola hidup ini menurut mantan pelatih Bali United ini sangat berpengaruh pada daya tahan dan kemampuan fisik seorang pemain bola.

Dalam hal ini, kualitas anak-anak dari pelosok pedesaan disebut jauh lebih unggul.

"Sebenarnya resep sederhana dan sangat rasional jika federasi benar-benar ingin melakukan pembinaan dan menjaring bibit berbakat dan fisik berkualitas," ujar Indra.

Hingga sekarang, faktor ini masih sering diabaikan para pemangku kepentingan sepak bola di Tanah Air. Beragam kompetisi usia dini dan remaja justru berkutat di ibu kota dengan alasan komersial.

"Justru daerahlah yang sangat membutuhkan kompetisi bagi anak-anak mereka. Di sanalah sebenarnya mutiara-mutiara terpendam itu. Hanya dengan kompetisi kita bisa mengangkat mereka," kata Indra.

Indra berharap federasi dan seluruh pemangku kepentingan sepak bola mau membuka diri untuk fokus mengadakan kompetisi-kompetisi usia dini di daerah.

"Semakin banyak kompetisi dan turnamen, maka akan semakin mudah kita mendapatkan bakat untuk timnas kelompok usia," ucap Indra lagi.

Menggelar seleksi di beberapa kota untuk mendapatkan talenta muda sepak bola dianggap sang pelatih bukan merupakan kegiatan yang efektif.

 

Namun, kondisi tersebut membuat eks pelatih Bali United ini tak punya pilihan lain.

"Dua bulan waktu yang harus terbuang untuk melakukan seleksi, tetapi kami tak punya pilihan lain. Karena beginilah kondisi sepak bola kita," kata Indra Sjafri.

Hingga saat ini, PSSI tak memiliki data base pemain usia muda di Tanah Air. Ketika kompetisi kelompok usia dini sudah demikian banyak diselenggarakan di berbagai kota, namun tak satupun yang mempunyai data base pemain.

"Kalau saja ada data base pemain, tentu kerja kami akan lebih ringan. Karena sudah tak perlu lagi kami ke Atambua atau pelosok daerah untuk memantau langsung pemain," kata sang pelatih.

Coach Indra mengakui kelemahan ini terjadi karena tak adanya perhatian PSSI terhadap pembinaan usia dini dan muda. Meski ia tak memungkiri adanya kesenjangan kualitas pembinaan di daerah.

"Kita memang sangat membutuhkan kompetisi yang ketat di kelompok usia dini. Sayang, jumlah pelatih usia dini yang kita miliki sangat minim," ucapnya.

Lalu, bagaimana cara menanggulanginya? Indra menegaskan hanya dengan kebersamaan antara federasi dan pemerintah yang mampu menjawabnya.

"Jika mengacu pada jumlah desa dan kelurahan ada di Indonesia, kita masih membutuhkan puluhan ribu pelatih usia dini!" katanya.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P