Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Sorot Barcelona, Imbas Potong Kompas Semakin Terasa

By Rabu, 8 Maret 2017 | 10:26 WIB
Ekspresi kecewa bek Barcelona, Gerard Pique, seusai gagal mencetak gol saat melawan Atletico de Madrid dalam laga lanjutan La Liga 2016-2017 di Stadion Camp Nou, Barcelona, pada 21 September 2016. (DAVID RAMOS/GETTY IMAGES)

Instruksi potong kompas, melepas bola ke depan tanpa melewati lini tengah, semakin memperlihatkan imbas buruknya.

Para pemain belakang seperti menjalani setelan baku dengan mengoper bola ke samping atau langsung ke depan.

Ketika transisi berbalik, lini tengah pun seolah kehilangan kepercayaan diri karena jarang mendapat operan.

Sebagai penegas terkikisnya penguasaan bola, kita bisa melihat penurunan dari musim ke musim.

Dimulai 65,7% pada saat Pep masuk (2008/09), menjadi 68,9% di tahun kedua, 72,7% di tahun ketiga, dan 70,3% di tahun terakhir Pep. Mendiang Tito Vilanova mencatat 69,7%, sedangkan Tata Martino mengukir 68,4%.

Enrique membuka musim perdana dengan ball possession sebesar 65,3%, dan terus menurun menjadi 62,9% di musim lalu, hingga menukik menjadi 61,9% di musim ini.

Baca Juga: 

Aktor-aktor pengoper pun terkena dampak. Barca sempat menjadi penguasa di 10 besar klasemen operan terbanyak pada 2012/13, di antaranya lewat aksi Xavi (118,2 operan), Thiago Alcantara (111,9), dan Iniesta (96,3).

Kini? Busquets, penerus Xavi dalam urusan mengirim operan, terus menurun dengan angka awal 93,3 per 90 menit (2012/13) menjadi 80,1, lalu 75, dan sekarang hanya 72,7.

Tak cuma itu, seperti yang terangkum di stats zone, operan ke arah Busquets cs. pun berkurang drastis.

Pique misalnya, yang selama ini mengirim mayoritas umpannya ke lini tengah (65 dari 71 operan), kini hanya meneruskan lima dari 72 umpannya. Artinya, sebanyak 67 umpan dikirim ke sesama bek atau bahkan kiper.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P