Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Pemain tim nasional (timnas) Indonesia, Stefano Lilipaly, tetap bangga dengan prestasi SC Cambuur di Piala Belanda sekalipun gagal melangkah ke partai puncak.
The Yellow Blues, julukan Cambuur, gagal ke final setelah takluk 2-3 dari AZ Almaar lewat drama adu penalti pada semifinal yang digelar di Stadion AFAS, Kamis (2/3/2017). Kedua tim harus melakoni adu penalti lantaran bermain imbang tanpa gol hingga babak tambahan.
Rasa kekecewaan dirasakan Lilipaly karena kegagalan ini. Namun, dia tetap bangga karena timnya bisa membuat sejarah.
"Ini merupakan kesempatan sekali dalam hidup. Kami telah mengerahkan segala kemampuan," kata Lilipaly kepada JUARA, Jumat (3/3/2017) pagi WIB.
Helaas net niet. #azcam pic.twitter.com/8CsJDZ05Kg
— SC Cambuur (@SCCambuurLwd) March 2, 2017
"Adu penalti peluangnya 50-50 sehingga Anda harus memiliki keberuntungan. Namun, saya bangga atas pencapaian kami lolos ke semifinal. Kami telah membuat sejarah untuk klub," ujar Fano, sapaan akrabnya.
Cambuur memang baru pertama kali melangkah ke empat besar Piala Belanda. Fano menjadi salah satu algojo penalti ketika timnya memenangi laga perempat final kontra FC Utrecht, Januari lalu.
67. Dubbele wissel aan #cambuur zijde @Stefan0Lilipaly en Tissoudali komen in het veld voor Hoefdraad en Blackson #azcam
— SC Cambuur (@SCCambuurLwd) March 2, 2017
Lilipaly bermain sebagai pemain pengganti pada menit ke-67. Gelandang tim nasional Indonesia itu pun tidak menjadi algojo penalti.
Kemenangan AZ ditentukan oleh penyelamatan gemilang yang dilakukan kiper pinjaman dari Newcastle United, Tim Krul. Dia sukses menepis penendang kelima dari Cambuur yakni Martijn Barto.
Pada babak final, AZ akan melawan Vitesse di Stadion De Kuip, Rotterdam, pada 30 April 2017.
Dibandingkan Vitesse, AZ cukup berpangalaman menjadi juara setelah empat kali mengangkat piala dari lima laga final yang dilakoni.
Sementara Vittese belum pernah merasakan gelar ini. Mereka selalu gagal dalam tiga laga final.