Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Pada pertengahan pekan ini, Ryan Giggs menyuarakan keresahan melihat banyaknya manajer dari luar Britania di Premier League. Inggris bukan satu-satunya negara menyaksikan pelatih lokal bukan pilihan utama.
Penulis: Christian Gunawan
Di timur Asia, China, negara dengan jumlah penduduk terbanyak di muka bumi, juga mengalami hal serupa dalam sepak bolanya. Dari 16 klub peserta Chinese Super League (CSL), hanya tiga klub yang memakai manajer China, itu pun bukan klub papan atas.
Peringkat ke-10 pada musim 2016, Liaoning Whowin, dilatih Ma Lin. Sosok berusia 54 tahun itu memasuki tahun ketiganya di klub asal Shenyang itu setelah direkrut kembali untuk kali ketiga.
Sudah dua kali Ma Lin menangani Liaoning. Yang pertama pada 2003/04, setelah naik pangkat dari asisten pelatih Dimitar Penev. Kendati menaikkan peringkat klub dari keenam menjadi keempat dalam dua musim, Ma didepak.
Masa jabatan kedua terjadi pada 2008-13 usai menggantikan Werner Lorant. Semusim kemudian, Ma Lin membawa kembali klub Shenyang itu berpromosi usai menjadi juara League One 2009.
Setelah menjadi bos interim Dalian Aerbin, Ma kembali ke klub yang ia bawa enam kali juara Liga China dan juara Asia 1990 saat masih membela klub itu sebagai striker.
Ya, selain persoalan biaya, boleh jadi alasan Liaoning bertahan dengan Ma Lin adalah karena balas jasa. Imbasnya, papan tengah mungkin sudah merupakan tempat yang memuaskan.
Jia Xiuquan pernah bermain di Serbia dan Jepang. Namanya sudah lebih dulu harum di China sebagai penyerang tajam kala memperkuat Bayi. Namun, karier kepelatihannya beredar di sekitar tim-tim gurem, sampai akhirnya melatih Shanghai Shenhua.
Jia berhasil membawa klub itu runner-up 2008. Penurunan semusim kemudian, hanya di peringkat kelima, memudahkan Shanghai mendepak pria asal Dalian itu.
Jia juga diganggu tuduhan suap pengaturan hasil pertandingan. Sempat dibui, tuduhan itu dicabut pada Maret 2010. Kariernya pulih pada 2014 setelah didapuk melatih Henan Jiaye.
Klub itu sempat mencapai peringkat kelima pada akhir 2015, tapi musim lalu kembali ke paruh bawah klasemen (posisi ke-13), tak jauh berbeda seperti musim pertama Jia (14).
Pelatih China ketiga di CSL, Li Bing, menangani Guizhou Hengfeng Zhicheng. Klub Kota Guiyang ini akan melakoni musim perdana usai berpromosi di bawah arahan Li.
Pelatih berumur 47 tahun itu pernah juga mengirim Chengdu Blades naik ke divisi teratas pada 2007. Walau berprofil semenjana, Guizhou berharap Li akan membuat kejutan besar.