Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Liga Super China, Melukai Tim Nasional Negeri Tirai Bambu

By Rabu, 1 Maret 2017 | 23:45 WIB
Pemain Guangzhou Evergrande, Huang Bowen (kedua dari kiri), melakukan selebrasi bersama rekan setimnya usai mencetak gol ke gawang Sydney FC dalam laga lanjutan Liga Champions Asia di Sydney pada 2 Maret 2016. (WILLIAM WEST/AFP)

Adalah rasa cinta dan pandangan Presiden Xi Jinping pada sepak bola yang membuat Liga Super China sekarang begitu mewah dengan pemain-pemain asing berharga mahal.

Penulis: Dwi Widijatmiko

Presiden Xi Jinping melihat sepak bola sebagai kendaraan dan propaganda yang tepat untuk memperlihatkan kesuksesan dalam masa jabatannya. Tidak salah karena potensi besar yang dimiliki oleh industri dalam sepak bola.

Xi berniat membuat China menjadi negara superpower dalam sepak bola. Artinya, kompetisi di Negeri Tirai Bambu harus menjadi yang terpandang di dunia.

Tim nasionalnya juga harus sukses di pentas tertinggi dunia. Xi ingin China menjuarai Piala Dunia dalam waktu 15 tahun ke depan.

Di China, eksistensi perusahaan-perusahaan bergantung pada hubungan baik dengan pemerintah. Menyusul keinginan Xi membesarkan sepak bola, terbukalah keran investasi uang besar-besaran ke klub-klub.

Baca juga:

Hal itulah yang membuat klub-klub China belakangan mampu mengeluarkan uang dalam jumlah spektakuler untuk merekrut pemain-pemain top dunia.

Gelombang besar kedatangan pemain asing ke Liga Super China sebetulnya sudah terjadi sejak 2009. Saat itu klub diizinkan memiliki lima pemain asing. Arus kedatangan kian marak setelah Xi naik takhta pada 2013.

Tapi, saat itu pemain-pemain asing yang namanya akrab di telinga masih bisa dihitung dengan jari. Barulah pada dua tahun terakhir ledakan terjadi. Pemain top berharga mahal bergantian datang ke Liga Super China.

Target pertama Xi rasanya sudah tercapai. Liga Super China kian populer. Jumlah penonton di stadion secara stabil terus bertambah. Dari rata-rata 16 ribu orang per partai pada 2009 menjadi 24 ribu pada tahun lalu.

Desember lalu juga mencatat Liga Super China ditayangkan di banyak negara dan wilayah di dunia. Dari Singapura di Asia; negara-negara sepak bola Eropa macam Jerman, Italia, atau Spanyol; Amerika Serikat; negara-negara di Amerika Selatan; sampai wilayah di jazirah Arab dan Afrika.

Tapi, untuk target yang lain, yaitu timnas juga harus sukses, China masih punya pekerjaan rumah besar. Prestasi Tim Naga terlihat berjalan di tempat. Belum ada perbaikan signifikan walaupun sederet pemain asing sudah didatangkan klub-klub.

Lokal Terpinggirkan

Para pemain asing ini diharapkan bisa memberikan banyak pelajaran kepada pemain-pemain lokal sehingga kualitas pilar timnas China menjadi lebih baik.

China terakhir kali lolos ke Piala Dunia pada 2002, jauh sebelum Presiden Xi mencanangkan programnya. Momen itu juga menjadi satu-satunya penampilan China di putaran final. China gagal di kualifikasi Piala Dunia 2006, 2010, dan 2014.

Saat ini pun mereka megap-megap dalam perjalanan menuju Rusia 2018.

China hanya menjadi juru kunci Grup A babak III kualifikasi zona Asia. Tim asuhan Marcello Lippi cuma meraih dua poin hasil dua kali imbang dalam lima partai.

Di Piala Asia sama jeleknya. Setelah menjadi runner-up pada 2004, prestasi tertinggi China pada edisi 2007, 2011, dan 2015 hanya menjadi perempat finalis pada edisi yang disebut terakhir.

Kesimpulannya simpel saja. Keberadaan pemain asing bagus di Liga Super China malah mengebiri kesempatan bermain pemain lokal. Klub-klub sangat mengandalkan pemain asing sehingga pemain lokal justru terpinggirkan.

 

Simak juara Liga Super China tahun lalu, Guangzhou Evergrande. Dari 30 partai liga yang dimainkan, pemain asing mereka: Alan Carvalho (24 kali), Paulinho (30), dan Ricardo Goulart (29), reguler menjadi starter.

Sementara itu, ada 14 pemain China yang jumlah penampilannya sebagai starter tidak mencapai dua digit.

Diizinkannya pemakaian pemain asing ekstra yang berasal dari Asia kian melukai timnas China. Untuk bisa lolos ke pentas dunia, China harus mampu mengalahkan lawan-lawan dari Asia lebih dulu.

Demi menyelamatkan timnas, sejumlah penyesuaian terhadap pemain asing di Liga Super China pun dilakukan.

Aturan pemain asing ekstra asal Asia malah membuat rival-rival China bertambah kuat. Pemain seperti Hong Jeong-ho dan Jang Hyun-soo (Korea Selatan) serta Odil Ahmedov dan Anzur Ismailov (Uzbekistan) merumput di China.

Korsel dan Uzbekistan kini mengangkangi China di kualifikasi Piala Dunia 2018 zona Asia.

Demi menyelamatkan timnas, sejumlah penyesuaian terhadap pemain asing di Liga Super China pun dilakukan.

Jumlah pemain asing yang boleh merumput dikurangi, pemain asing asal Asia diperlakukan sama dengan pemain asing non-Asia, dan pemain asal Hong Kong, Makau, serta Taiwan tidak lagi dianggap sebagai pemain native.

Pantas ditunggu apakah sejumlah perubahan itu, yang ditambah makin tingginya kualitas pemain asing yang didatangkan, akan membuat timnas China menjadi lebih baik.

 

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P