Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Setelah memperkokoh pertahanan, pendekatan lain yang dilakukan pelatih Stefano Pioli adalah ketenangan. Ia menanggapi segala sesuatu dengan tenang, terutama di awal masa kepemimpinannya.
Penulis: Anggun Pratama
Stefano Pioli tidak terlalu bahagia atau marah. Ia sangat mengendalikan emosinya.
Ketenangan itu membuat para pemain Inter Milan lebih percaya diri. Toh, sebetulnya ia tidak mendapatkan tim dengan kualitas medioker.
Siapa yang berani mengatakan Samir Handanovic, Joao Miranda, Joao Mario, Ivan Perisic, atau Mauro Icardi merupakan pemain medioker?
Baca juga:
Stefano Pioli mengirimkan pesan ketenangan dan aturan jelas bagi para pemainnya di atas lapangan.
Aturan itu sederhana: setiap pemain harus tahu peran yang ia jalankan dan apa peran rekan setim di dekat Anda.
Aturan sederhana itu membuat tim lebih klik karena para pemain saling mengerti tugas masing-masing.
Cara itu, ditambah starter yang relatif stabil, membuat para pemain semakin paham dengan peran masing-masing.
"Pioli menyebarkan ketenangan dalam tim dan memberikan aturan jelas, terutama dari sisi teknik yang harus diaplikasikan di lapangan. Setiap pemain menjalankan tugas atas perannya masing-masing. Cara ini terbukti meningkatkan performa tiap pemain," kata Hernan Crespo, eks pemain Inter di dua periode, yakni 2002-2003 dan 2006-2009.
Tahukah Anda? Di Italia, Pioli dijuluki Il Normalizzatore alias Sang Normalisasi.
Julukan ini menjadi salah satu alasan Pioli diangkat sebagai pelatih Inter.
Pioli sejauh ini sudah sesuai dengan reputasinya. Meski begitu, ia ingin dirinya dipanggil sebagai Il Potenziatore atau sosok yang sanggup membuat hal menjadi lebih baik, begitu musim ini kelar.
"Di kamus, normalizzatore berarti sosok yang bisa menghadirkan kenormalan. Inter ingin lebih dari normal. Saya berharap di akhir musim, Anda bisa memanggil saya potenziatorie karena membuat tim ini menjadi lebih baik," ujar Pioli di jumpa pers perdana bersama Inter.
Tentu Pioli punya syarat dijuluki Il Potenziatore, yakni dengan membawa Inter finis di zona Liga Champions.