Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Tarik-menarik kepentingan antara sepak bola dengan televisi pemilik hak siar kembali mencuat. Hal ini tak lepas dari pernyataan Ketua Panitia Pelaksana Iwan Budianto soal alasan tak diberlakukannya perpanjangan waktu di laga delapan besar Piala Presiden 2017.
Penulis: Andrew Sihombing/Fifi Nofita
Perubahan ini akibat permintaan dari pihak televisi pemilik hak siar demi menyingkat durasi tayangan langsung karena terkait dengan slot acara.
Setidaknya demikian pernyataan Iwan kepada awak media di sesi temu pers pengundian babak delapan besar Piala Presiden 2017, Selasa (21/2/2017).
Kontroversi pun mengemuka. Ada yang menyebut PSSI sebagai pelaksana turnamen seperti tak punya daya tawar hingga bisa diatur-atur oleh televisi. Sebagian lagi, termasuk klub kontestan sebagaimana dilansir Juara.net, justru bisa memahami karena toh subsidi bagi tim yang bertanding juga berasal dari hak siar.
Terlepas dari kontroversi itu, silang kepentingan antara bal-balan nasional dengan televisi bukanlah hal baru. Kondisi ini juga bahkan terlihat di kompetisi resmi. Hanya, pihak televisi menolak bila disebut melakukan intervensi.
"Sebenarnya lebih merupakan dialog. Di awal musim, operator biasanya mengajak berdiskusi dan memberikan jadwal laga," kata Yusuf Ibrahim, Wakil Pemimpin Redaksi ANTV, stasiun televisi swasta yang cukup lama memegang hak siar Liga Super Indonesia.
"Operator dan televisi merupakan mitra. Pemilik hak siar tak bisa diabaikan bila kompetisi memang ditujukan sebagai industri," tuturnya.
Tertinggi
Yusuf, yang menjabat sebagai Manager Sports saat hak siar kompetisi ada di ANTV, juga menyebut ada kriteria yang dipakai untuk menempatkan sebuah pertandingan di jam siaran utama.