Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Sorot Leicester, Tidak Semua Terpuruk

By Kamis, 23 Februari 2017 | 10:07 WIB
Kapten Leicester City, Wes Morgan dan manajer Claudio Ranieri, mengangkat trofi Premier League usai laga melawan Everton di Stadion The King Power, Leicester, pada 7 Mei 2016. (MICHAEL REGAN/GETTY IMAGES)

Sebelum musim 2016-2017 dimulai, manajer Leicester City, Claudio Ranieri, memberikan prediksi apa yang akan terjadi pada tim asuhannya setelah mereka menjadi juara 2015-2016. 

Penulis: Dian Savitri

Menurut Ranieri, setidaknya pada 10 pekan pertama, Leicester memang akan berada dekat dengan zona degradasi.

Prediksi Ranieri berikutnya adalah pekan-pekan selanjutnya, The Foxes akan mulai menanjak hingga setidaknya 10 besar.

Kemudian menjelang akhir musim, tim akan berada setidaknya di zona Liga Europa.

Hanya bagian pertama prediksi Ranieri yang benar. Leicester memang dekat dengan zona degradasi, bahkan hingga pekan ke-25, masih berada di posisi ke-17. Berarti, dengan 13 pekan tersisa, Leicester harus menang terus jika ingin memastikan diri berada di posisi ke-10.

Dari juara Premier League terdahulu sebelum Leicester, kecuali Manchester United yang hampir selalu bisa mengulangi prestasi pada musim berikut setelah juara, tercatat ada empat klub lain yang pernah menjadi juara untuk pertama kali di ajang itu.

Mereka adalah Blackburn Rovers (1994/95), Arsenal (1997/98), Chelsea (2004/05), dan Manchester City (2011/12).

Berada di mana posisi klub itu pada musim berikut setelah mereka menjadi juara Premier League? Apakah bisa mengalahkan "pencapaian" Leicester musim ini?

BLACKBURN ROVERS

Juara : 1994/95

Peringkat Akhir 1995/96: 7

Penampilan 1995/96:

  • Menang: 18
  • Seri: 7
  • Kalah: 13
  • Gol: 61-47
  • Poin: 61

Pada musim 1995/96, Blackburn tidak lagi dilatih oleh Kenny Dalglish, manajer yang membawa klub itu menjadi juara Premier League pertama kalinya pada 1994/95. Dalglish digantikan oleh Ray Harford, yang sudah wafat pada Agustus 2003.


Striker Blackburn, Alan Shearer (kiri), berseteru dengan pemain Newcastle United, Darren Peacock, 8 April 1996. Pada musim itu, Blackburn masih bertahan di Premier League, berada di posisi ke-7, satu musim setelah menjadi juara Premier League 1994/95.(MIKE HEWITT/GETTY IMAGES)

Harford membawa Blackburn, yang masih diperkuat oleh Alan Shearer dan Chris Sutton, di Liga Champion dan juga bertahan di Premier League.

Di Premier League, Blackburn sempat menyentuh posisi ke-17. Namun, hanya satu pekan karena pada pekan berikutnya mereka melejit ke tangga 13. Sepanjang musim 1995/96, Blackburn berada di peringkat yang sangat bervariasi. Yang terendah adalah 17 dan yang tertinggi adalah posisi ke-6.

Pada akhir musim, Blackburn berada di peringkat 7, satu tangga di atas Tottenham Hotspur yang punya poin sama, 61. Klub peringkat 6, Everton, juga mengumpulkan 61 poin. Ketiga klub itu hanya dibedakan selisih gol.

Di Liga Champion, Blackburn tak tertahankan untuk berada di juru kunci Grup B, hasil dari satu kali menang, satu seri, dan empat kali kalah.

ARSENAL

Juara: 1997/98

Peringkat Akhir 1998/99: 2

Penampilan 1998/99

  • Menang: 22
  • Seri: 12
  • Kalah: 4
  • Gol: 59-17
  • Poin: 78

Arsenal nyaris bisa mempertahankan gelar seandainya tidak mengalami kekalahan pada satu laga sebelum pekan terakhir Premier League 1998/99.

Pada akhir musim, pasukan Arsene Wenger itu hanya berselisih satu poin dengan tim juara, Manchester United. Arsenal mengumpulkan 78 poin, sementara United 79.


Marc Overmars (Arsenal, kiri) beraksi dengan Steve Watson (Aston Villa), pada pekan terakhir Premier League 1998/99. Walau Arsenal menang 1-0, mereka tidak bisa mempertahankan trofi Premier League.(ROSS KINNAIRD/GETTY IMAGES)

Pada pekan pertama musim itu, Arsenal berada pada peringkat ke-2, menang 2-1 atas Nottingham Forest. Setelah itu, merosot ke urutan ke-5, 6, bahkan sempat berada di tangga ke-10. Akan tetapi, Arsenal bangkit dan berada di lima besar.

Bahkan, The Gunners sempat menguasai klasemen selama dua pekan. Hanya, setelah kalah 0-1 dari Leeds United pada pekan ke-37, Arsenal menjadi runner-up.

Menang 1-0 atas Aston Villa pada pekan terakhir tidak bisa mengembalikan mereka ke posisi teratas.

Karena berkonsentrasi di Premier League, Arsenal keteteran di Liga Champion. Mereka berada di urutan ke-3 Grup E, di bawah Dynamo Kyiv dan Lens.

Saat itu, Arsenal meraih hasil masing-masing dua kali untuk menang, seri, dan kalah. Karena saat itu belum ada sistem peringkat tiga fase grup Liga Champion bisa tampil di Liga Europa, maka petualangan Arsenal di kompetisi antarklub Eropa berhenti.

CHELSEA

Juara: 2004/05

Peringkat Akhir 2005/06: 1

Penampilan 2005/06

  • Menang: 29
  • Seri: 4
  • Kalah: 5
  • Gol: 72-22
  • Poin: 91

Jose Mourinho mirip dengan Claudio Ranieri di sini. Musim pertama menangani Chelsea dan langsung menjadi juara Premier League. Mirip dengan kisah Ranieri di Leicester musim lalu, bukan?


Striker Chelsea, Hernan Crespo, dengan trofi Premier League 2005/06. Chelsea berhasil menjadi klub pertama yang mempertahankan trofi tersebut, selain Manchester United.(ODD ANDERSEN/AFP)

Bedanya, pada musim berikutnya, 2005/06, Chelsea kembali menjadi juara. Hal itu pencapaian terindah yang dialami Mourinho di Premier League hingga saat ini.

Chelsea juga menjadi klub pertama yang bisa mempertahankan gelar Premier League setelah Manchester United.

Chelsea membuka musim dengan menang 1-0 atas Wigan Athletic dan berada di posisi ke-6. Setelah menang empat kali pada laga berikutnya, Chelsea berada di puncak klasemen memasuki pekan ke-6 dan terus berada di sana hingga akhir musim.

Dengan poin total 91, lebih sedikit empat poin dibanding musim sebelumnya, Chelsea meninggalkan Manchester United yang punya 83 poin dan Liverpool dengan 82 poin.

Di Liga Champion pun Chelsea tidak mengecewakan. Setidaknya mereka bisa lolos dari fase grup. Hanya, mereka langsung tersingkir pada babak 16 besar, disingkirkan oleh Barcelona.

MANCHESTER CITY

Juara: 2011/12

Peringkat Akhir 2012/13: 2

Penampilan 2012/13

  • Menang: 23
  • Seri: 9
  • Kalah: 6
  • Gol: 66-34
  • Poin: 78

Penampilan Manchester City pada musim setelah mereka menjadi juara Premier League lumayan impresif. Pasukan Roberto Mancini itu tak terkalahkan dalam 15 laga awal Premier League 2012/13, dengan rincian sembilan kali menang dan enam seri.


Matija Nastasic, Aleksandar Kolarov, Edin Dzeko, dan Costel Pantilimon mengucapkan terima kasih atas dukungan suporter selama musim 2012/13. Pada partai pamungkas musim itu, City kalah 2-3 dari Norwich City di Stadion Etihad, 19 Mei 2013.(PAUL THOMAS/GETTY IMAGES)

Pada periode itu, urutan peringkat yang mereka alami juga beragam. Berada pada urutan ke-5 pada pekan perdana, City sempat merosot ke urutan ke-6 dan 7.

Saat kalah pertama kali di musim itu, melawan Manchester United di kandang sendiri, City sudah berada di peringkat ke-2 selama dua pekan.

City bergeming pada peringkat itu, menjadi runner-up pada akhir musim, berselisih 11 poin dari peringkat pertama, klub tetangga, Manchester United. City unggul tiga poin dibanding Chelsea, yang berada di urutan ke-3.

Di Liga Champion lain lagi kisahnya. City berada di dasar Grup D, di bawah Borussia Dortmund, Real Madrid, dan Ajax Amsterdam. City tak pernah menang di fase grup, hanya seri tiga kali dan sisanya kalah.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P