Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Bentrokan melawan Fiorentina (19/02/16) di San Siro disebut-sebut merupakan partai kandang terakhir Silvio Berlusconi sebagai Presiden AC Milan. Berlusconi mendapatkan kado kecil nan pahit dari pelatih Milan, Vincenzo Montella.
Era Silvio Berlusconi bakal segara berakhir jika mengambil asumsi bahwa proses pengambilalihan saham mayoritas Milan oleh Sino Europe Sports berstatus paripurna pada 3 Maret mendatang.
Ahli strategi Milan, Montella, memberikan salam perpisahan yang indah namun sedikit terasa pahit buat Berlusconi.
Milan sukses menundukkan Fiorentina 2-1 pada pekan ke-25 Serie A 2016-2017.
Baca juga:
"Saya tak tahu apakah ini akan menjadi laganya yang terakhir. Namun, mewakili skuat saya mendedikasikan kemenangan ini untuk Presiden Berlusconi dan jajaran direktur," kata Montella usai duel melawan Fiorentina.
Montella menyebutnya kado kecil. Wajar, karena yang diraih Milan cuma sebuah kemenangan di partai liga, bukan final yang berujung pada kehadiran trofi juara.
Namun, istilah yang dipakai Montella bisa jadi juga merujuk kepada taktik dan gaya main Milan melawan Fiorentina yang pasti sangat dibenci Berlusconi.
"Kami mengundang Fiorentina menyerang agar kami bisa memukul mereka lewat serangan balik. Tetapi, kami gagal mengambil kesempatan itu," ujar Montella.
Ketika menjamu Fiorentina, Milan sangat jarang menyentuh bola, terutama pada babak kedua.
Sudah bukan rahasia lagi bahwa Berlusconi adalah pemuja sepak bola ofensif.
Ia selalu ingin agar Milan tampil sebagai tim yang dominan di atas lapangan dan semua itu harus dicapai dengan formasi ideal Berlusconi: 4-3-1-2.
Montella berada di jalur yang berseberangan dengan Sang Presiden.
Bagi pelatih beralias Si Pesawat Kecil itu, skuat Milan saat ini tak mengakomodasi dirinya untuk menerapkan pakem 4-3-1-2.
Alhasil, Montella konsisten dengan pola 4-3-3. Berlusconi bisa kian sebal mengingat saat menjamu Fiorentina Montella melakukan pendekatan pragmatis.
Mulai menit ke-73 laga, Milan bermain dengan lima bek, yakni Ignazio Abate, Cristian Zapata, Gabriel Paletta, Gustavo Gomez, dan Leonel Vangioni. Formasi pun berubah menjadi 5-3-2.
Montella musim ini selalu memulai laga dengan skema 4-3-3. Namun, sang pelatih tak alergi untuk mengubah formasi di tengah-tengah pertandingan.
Ketika menang 4-1 di kandang Empoli November silam, Milan sempat bermain dengan tiga formasi yakni 4-3-3, 4-3-1-2, dan 4-2-3-1.
Fleksibilitas ala Montella itu merupakan jembatan ideal menuju era baru Milan. Identitas dan sejarah sangat penting, tetapi Milan juga butuh sosok inovatif seperti Montella.
Jika dibekali sumber daya mumpuni di era kepemilikan baru, bukan tak mungkin Milan akan kembali ke formasi kebesaran mereka: 4-3-1-2.
Ingat, terkait taktik, Vincenzo Montella adalah sosok fleksibel dan adaptif.