Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Indonesia telah sukses mengembalikan tradisi emas bulu tangkis melalui pasangan ganda campuran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir pada Olimpiade Rio 2016.
Penulis: Aprelia Wulansari
Sebelumnya, bulu tangkis gagal membawa pulang medali emas, bahkan nihil medali pada Olimpiade London 2012. Catatan di Inggris itu mengakhiri tradisi emas Indonesia yang sudah berlangsung sejak Olimpiade Barcelona 1992.
Karena itu, menuju Olimpiade 2020 di Tokyo, Jepang, Indonesia terus memupuk benih untuk kembali meraih medali. Bukan hanya dari nomor ganda, melainkan juga dari nomor tunggal.
Skuat tunggal putra pelatnas yang berisi para pemain muda yakni Jonatan Christie, Ihsan Maulana Mustofa, Anthony Sinisuka Ginting, Muhammad Bayu Pangisthu, Firman Abdul Kholik, Panji Ahmad Maulana, dan Krisna Adi Nugraha dipastikan menjadi pemain masa depan Indonesia.
Sekjen PBSI Achmad Budiharto pernah menyatakan bahwa para pemain muda ini merupakan masa depan Indonesia untuk bisa berbicara di Olimpiade.
Dari tujuh keping medali emas Indonesia di Olimpiade, dua di antaranya berasal dari tunggal putra yakni diraih Alan Budikusuma pada Olimpiade Barcelona 1992 dan Taufik Hidayat pada Olimpiade Athena 2004.
Anthony Sinisuka Ginting dan kawan-kawan selanjutnya diharapkan bisa mengikuti jejak Alan dan Taufik.
Demi meraih hasil tersebut, skuat pelatnas ditargetkan bisa menembus peringkat 20 besar dunia dan berhasil menjadi finalis dalam turnamen internasional tahun ini.
"Saya ingin mereka semua masuk peringkat 20 besar tahun ini. Latihan mereka juga semakin ditingkatkan tahun ini. Apalagi, skuat utama dan pratama telah dipisah. Jadi, kami bisa lebih fokus," ucap Hendry Saputa, pelatih kepala tunggal putra pelatnas.
Saat ini, Jonatan menjadi pemain Indonesia dengan ranking dunia tertinggi yaitu peringkat ke-19 dunia, disusul Anthony (peringkat ke-36), Ihsan (peringkat ke-38), Bayu (peringkat ke-70), Firman (peringkat ke-80), Panji (peringkat ke-94), dan Krisna (peringkat ke-132).