Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Laga antara Sriwijaya FC dengan Barito Putera di Grup 4 Piala Presiden 2017, Senin (13/2/2017), akan membawa memori penikmat sepak bola Indonesia mundur lebih dari dua dekade. Hal ini tak lain karena sosok pelatih di kedua tim, Widodo C Putro dan Jacksen F Tiago.
Penulis: Andrew Sihombing
Keduanya, bersama kiper Darryl Sinerine, bek Suwandi H S, dan gelandang (alm.) Eri Irianto secara luar biasa membawa Petrokimia Putra sebagai runner-up Divisi Utama Liga Indonesia 1994-1995.
Itulah musim perdana Jacksen di Indonesia hingga kemudian tercatat sebagai salah satu legenda balbalan Tanah Air.
Widodo dan Jacksen bahu-membahu di lini depan menjadikan Petrokimia sebagai pemuncak dan tim tersubur Wilayah Timur dengan 62 gol.
Hanya ada dua klub lain dari Wilayah Barat yang bisa mengalahkan keganasan Petrokimia ketika itu, yakni Pelita Jaya (78 gol) dan Bandung Raya (68).
Namun, ketika itu asa juara Petrokimia kandas di partai puncak akibat kekalahan 0-1 dari Persib Bandung. Cerita mungkin saja berbeda bila gol Jacksen tidak dianulir oleh wasit.
“Kami merupakan juara tanpa mahkota di musim 1994-1995 itu,” kata Widodo, yang musim itu terpilih sebagai pemain terbaik, kepada BOLA.
Gol Cepat
Seperti ketika dulu melegenda sebagai pemain, Widodo dan Jacksen sama-sama membangun reputasi mentereng saat ganti profesi menjadi pelatih.
Keduanya masuk dalam jajaran pelatih terbaik Indonesia saat ini dan sempat menjadi kandidat pengganti Alfred Riedl di kursi timnas selepas Piala AFF 2016.
Empat kali sudah mereka bentrok sebagai pelatih, semuanya disapu bersih oleh Jacksen.
Namun, ketika itu Widodo “cuma” menukangi tim sekelas Persela dan Persegres, sementara Jacksen merupakan komandan tim besar Persipura.
Baca Juga:
Kondisinya berbalik 180 derajat saat ini dengan Widodo ada di Sriwijaya dan Jacksen menukangi Barito. Di atas kertas, kualitas Laskar Wong Kito setingkat di atas lawannya itu. Hanya, Widodo bukannya tak punya pekerjaan rumah.
“Kami masih harus memperbaiki koordinasi, penempatan posisi, dan antisipasi bola mati. Termasuk juga komunikasi pemain, tidak cuma antara Yanto Basna dengan Bio Paulin di belakang misalnya, tapi semua pemain,” ucapnya.
Di sisi lain, Widodo cukup semringah melihat tim asuhannya tak kesulitan mencetak gol, termasuk di periode awal pertandingan seperti gol menit ketujuh Beto Goncalves ke gawang Bali United.
Kualitas ini sudah terlihat di turnamen TSC 2016.
“Memang seperti itulah sepak bola yang kita kembangkan. Tentu lebih baik bila mampu mencetak gol di awal pertandingan. Jika bisa kembali melakukannya saat menghadapi Barito, kenapa tidak?” tutur lelaki 46 tahun itu.
Adapun Jacksen menilai sektor kiri pertahanannya masih harus lebih baik.
“Selain itu juga penyelesaian akhir dan transisi. Jadi, fokus kami bukannya menghadapi Sriwijaya atau klub lain, melainkan perbaikan di aspek-aspek itu tadi,” katanya.