Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

PSSI Fokus Tuntaskan PR Musim Lalu

By Jumat, 10 Februari 2017 | 20:57 WIB
Anggota Expert Panel PSSI yang juga merupakan satu-satunya instruktur kursus lisensi C AFC, Emral Abus, berbicara soal penundaan penunjukkan pelatih timnas U-19 Indonesia dan timnas senior di Kantor PSSI, Senayan, Jakarta Selatan, Jumat (3/6/2016). (SEGAF ABDULLAH/JUARA.NET)

Pekerjaan baru tapi lama harus diselesaikan PSSI era kepengurusan baru ini. Apa lagi kalau bukan soal lisensi pelatih lokal.

Penulis: Ferry Tri Adi

Sanksi FIFA pada 2015 membuat kursus pelatih untuk mendapatkan lisensi AFC berhenti. Kursus itu padahal sangat dibutuhkan mengingat masih banyak pelatih yang hanya memegang lisensi nasional.

Padahal, klub-klub di Tanah Air, terutama di liga teratas dan strata di bawahnya atau Divisi Utama, mesti minimal punya lisensi C AFC.

“Permasalahan sepak bola Indonesia itu lisensi minim. Banyak pelatih cuma punya lisensi nasional. Sementara itu, lisensi nasional dihentikan pada 2014,” tutur Efraim Ferdinand, Kepala Pendidikan Pelatih dan Wasit PSSI.

"Standar kompetisi Indonesia di liga teratas dan Divisi Utama ialah lisensi AFC. Sekarang kami harus bekerja menyelesaikan dulu kursus pelatih lisensi nasional ke lisensi AFC," ucapnya.

Kondisi itu membuat PSSI mengebut mulai tahun ini. Hanya, gerak cepat PSSI bukan tanpa hambatan. Minimnya instruktur menjadi halangan utama federasi berlari kencang.

“Untuk lisensi C AFC, kami berencana menggelar 11 kursus tahun ini. Namun, Indonesia cuma punya satu instruktur, Emral Abus,” ujar Efraim.

"Mulai 20 Februari nanti dimulai kursus C AFC. Artinya, sejak saat itu hingga akhir tahun nanti beliau bekerja keras, sementara untuk lisensi B dan A AFC harus dari AFC karena di Indonesia belum ada yang bisa menjadi instruktur," ucapnya.

Jangan Diganggu