Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Manahati: Tidak Ada Senioritas di PS TNI

By Suci Rahayu - Jumat, 10 Februari 2017 | 19:19 WIB
Manahati Lestusen, Kapten PS TNI. (SUCI RAHAYU/JUARA.NET)

Kapten PS TNI, Manahati Lestusen, mengatakan bahwa klub yang diperkuatnya tidak mengenal istilah senioritas dalam tim. Menurut Manahati, semua pemain dalam tim punya kedudukan dan tanggung jawab yang sama sebagai anggota tim PS TNI.

PS TNI menjadi salah satu klub peserta Liga 1 yang banyak mengandalkan pemain muda sebagai pilar tim. Karena hal itu, Manahati, yang sebenarnya masih berusia 23 tahun, termasuk pemain yang senior dalam tim yang dilatih oleh Mustaqim tersebut.

“Tidak ada yang namanya senioritas di PS TNI. Kami semua yang ada di tim ini sama saja, saling menghormati. Kami saling membantu dan punya tanggung jawab yang sama,” ujar Manahati.

Manahati tidak memungkiri bahwa saat ini dirinya menjadi pemain yang punya pengalaman lebih dibanding rekan-rekan lainnya. Ia pernah bermain untuk timnas Indonesia dan sempat bermain di luar negeri bersama SAD Uruguay dan CS Vise.


Kapten PS TNI, Manahati Lestusen, saat tampil di laga kedua Grup B Piala Presiden 2017 melawan Persija Jakarta di stadion Kanjuruhan Malang, Jawa Timur (05/02/2017).(SUCI RAHAYU/JUARA.NET)

Meski begitu, Manahati tidak pernah merasa sebagai pemain paling penting dalam klub.

“Mungkin saya memang punya banyak pengalaman, tapi juga tidak boleh merasa paling tinggi di tim ini. Saya sama saja dengan pemain lain. Kalau kami sedang bercanda juga sama. Sepak bola ini kerja tim jadi tidak boleh ada yang merasa lebih dari pemain lain,” tambahnya.

Manahati lantas memberi bukti pada saat PS TNI mendapatkan tendangan penalti dalam laga melawan Bhayangkara FC. Sebelum bertanding, sudah disepakati bahwa ia dan Mahamadou Barry akan jadi eksekutor.

Saat itu, Manahati selaku kapten tim hendak mengambil tendangan tersebut. Ia merasa siap karena punya pengalaman bagus sebagai eksekutor penalti pada Piala AFF 2016 yang lalu. Namun ia lebih dulu bicara dengan pelatih dan Barry. Pada akhirnya, Barry yang menjadi eksekutor.

“Sejak awal, penendang penalti memang sudah ditentukan Barry dan saya. Waktu itu kami sempat ada diskusi dan Barry bilang dia siap untuk menendang. Tidak masalah bagi saya. Kalau pada akhirnya tidak gol, mungkin kurang beruntung saja,” tutupnya.