Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Matchday Pertama Piala Presiden 2017 Minim Gol

By Jalu Wisnu Wirajati - Kamis, 9 Februari 2017 | 12:33 WIB
Striker Barito Putera, Yongki Aribowo (kanan) mencoba melewati bek Pusamania Borneo FC, Dirkir Kohn Glay (tengah) pada laga Grup D Piala Presiden 2017 di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar, Selasa (7/2/2017). (YAN DAULAKA/JUARA.NET)

Pertandingan atau matchday pertama Piala Presiden 2017 alami paceklik gol. Dibandingkan 2015, terjadi penurunan yang cukup signifikan.

Total jumlah gol yang terjadi hingga pertandingan terakhir matchday pertama antara Madura United dan Semen Padang di Grup E, hanya 12 gol. Jika dirata-rata, hanya ada 1,2 gol per pertandingan.

Rata-rata gol itu sangatlah minim. Sebagai perbandingan, delapan laga pertama Piala Presiden 2015, menghasilkan 15 gol atau 1,875 gol per partai.

Partai dengan jumlah paling banyak gol pada Piala Presiden 2017 adalah antara Bali United dan Sriwijaya FC, Selasa (7/2/2017). Laga itu berakhir dengan skor 2-2.

Rekor kemenangan paling telak pada matchday pertama Piala Presiden 2017 adalah saat Arema menaklukkan Bhayangkara FC dengan skor 2-0, Minggu (5/2/2017).

Lima tim lain hanya meraih kemenangan tipis 1-0 atas lawan-lawannya. Sementara itu, laga antara PSS Sleman dan Persipura Jayapura serta Pusamania Borneo FC kontra Barito Putera berakhir tanpa gol.

Pada Piala Presiden 2015, ada dua partai matchday pertama berakhir dengan skor 0-0. Namun, ada tiga tim menang dengan skor mencolok, minimal 3-0, pada saat yang bersamaan.

 


Greg Nwokolo dalam Laga Ujicoba antara Madura United kontra Persela Lamongan Kamis (02/02/2017) di Stadion Gelora Pamelingan, Pamekasan.(SUCI RAHAYU/JUARA.NET)

Ada banyak faktor yang membuat Piala Presiden 2017 tak seatraktif penyelenggaraan pertama. Salah satunya berkaitan dengan waktu persiapan tim.

Pada Piala Presiden 2015, sejumlah klub partisipan hadir dengan komposisi tim nyaris identik dengan yang dibentuk untuk ISL. Ketika itu, ISL terhenti di tengah jalan seiring sanksi FIFA kepada Indonesia pada Mei 2015.

Tahun ini, sejumlah tim memang ada yang dari segi komposisi pemain tak berubah dibandingkan ISC 2016 lalu. Akan tetapi, banyak yang lain mengalami perubahan termasuk dari segi pelatih.

Salah satunya adalah Persela Lamongan. Pelatih Herry Kiswanto datang sebagai pengganti Aji Santoso yang bergabung ke Arema. Dia pun dihadapkan pada komposisi tim yang baru dan persiapan terbatas.

Persela kalah 0-1 dari Persiba Balikpapan. Sorotan utama dari kekalahan itu mengerucut kepada juru gedor Ivan Carlos.

Menurut Herry, Ivan merupakan pemain baru yang masih butuh waktu beradaptasi. Masalah utama Ivan terletak pada ketenangan saat mengeksekusi peluang.

"Dia baru bergabung tiga hari. Tentunya itu bukan alasan. Masalahnya ada pada ketenangan, jangan terburu-buru saja. (Dia) Harus jeli dan jitu. Itu yang mungkin perlu saya perbaiki," ucap Herry, Senin (6/2/2017).

 


Pelatih PSM, Robert Rene Albert (kanan), didampingi gelandang Wiljan Pluim, berbicara kepada media dalam konfrensi pers seusai laga melawan Persib pada Piala Presiden 2017 di Stadion Si Jalak Harupat, Senin (6/2/2017).(BUDI KRESNADI/JUARA.NET)

Persiapan mepet bisa dijadikan kambing hitam. Ketika ISC berakhir pada Desember 2016 lalu, sejumlah klub memberi liburan panjang kepada para pemain. Karena itu, ada beberapa klub yang mengalami persiapan begitu mepet.

"Kami baru dua minggu latihan. Jadi, (laga) ini seperti latihan saja," kata pelatih PSM Makassar, Robert Rene Alberts, seusai timnya kalah 0-1 dari Persib Bandung, Senin (6/1/2017).

Waktu persiapan singkat juga berdampak pada kematangan sebuah tim dalam bermain. Pelatih Perseru Serui, Yusak Sutanto, melihat timnya banyak berbuat kesalahan saat kalah 0-1 dari PSCS Cilacap, Rabu (8/2/2017).

"Saya lihat umpan-umpan (pemain) masih banyak kesalahan dan ini sangat mendasar. Banyak yang harus saya benahi pada pertandingan berikutnya," ujar Yusak.

Kebebasan dari PSSI kepada tiap klub untuk memakai pemain seleksi menjadi alasan lain.

PSSI membebaskan 20 klub di Piala Presiden 2017 untuk memakai jasa pemain asing dengan jumlah tak terbatas, bahkan bisa mencapai 50 persen dari maksimal pemain didaftarkan atau 15 dari 30 nama.

 

 


Gelandang asal Liberia, Erick Weeks Lewis dalam latihan Persib di lapangan Lodaya, Bandung, Selasa (24/1/2017) sore.(FIFI NOFITA/JUARA.NET)

Klub-klub lantas menjadikan ajang ini untuk melihat potensi buruannya. Hanya, beberapa dari mereka belum menunjukkan performa seperti yang diharapkan.

"Jujur, Erick Weeks belum 'kelihatan' dalam pertandingan hari ini (kontra PSM). Saya ubah di babak kedua supaya lebih dekat ke Sergio (van Dijk), juga tidak menolong," ujar pelatih Persib, Djadjang Nurdjaman.

"Hari ini dia tidak menunjukkan sebagai pemain yang selama ini main bagus di tim lain. Bersama kami, dia belum 'kelihatan', mungkin butuh waktu," ucapnya lagi.

 

Regulasi pemain muda

Faktor lain yang bisa menjadi penyebab penurunan produktivitas gol itu adalah kebijakan memainkan tiga pemain U-23 minimal selama 45 menit. Hal ini membuat tim tak bisa menurunkan komposisi terbaiknya sejak awal.

Lihat saja Arema FC. Mereka memang menang 2-0 atas Bhayangkara FC, Minggu (5/2/2017). Namun, dua gol yang tercipta dicetak oleh pemain senior yang masuk pada babak kedua, Esteban Vizcarra dan Dendi Santoso.

”Arema menurunkan beberapa pemain yang baru pertama kali bermain dihadapan suporter, seperti M Rafli, Nasir, dan Bagas Adi. Pada laga ini, mereka tidak menunjukkan permainan seperti saat latihan," ujar Aji Santoso, pelatih Arema, pengganti Milomir Seslija.

 


Bagas Adi Nugroho (kiri) dan Hanif Sjahbandi, berpose usai menandatangani kontrak bersama Arema FC di kantor Arema FC Jalan Kertanegara 7 Kota Malang pada (23/1/2017).(OVAN SETIAWAN/JUARA.NET)

Keberadaan pemain muda yang minim pengalaman, terutama di lini depan, dianggap memengaruhi mandeknya produktivitas gol.

Menurut analisis pelatih Persegres Gresik United, Hanafi, dari beberapa peluang yang berhasil diciptakan dalam pertandingan kontra Mitra Kukar, tak satu pun berhasil dikonversi menjadi gol. Persegres kalah 0-1.

“Saya masih maklumi karena barisan striker kami dihuni para pemain yang masih muda dan kurang berpengalaman sehingga belum bisa berbuat banyak dalam menghadapi situasi sulit di lapangan,” tutur Hanafi, Selasa (7/2/2017).

Regulasi pemain U-23 tampil bukanlah kebijakan baru. Pada Piala Jenderal Sudirman pun, kebijakan penggunaan pemain U-21 sebagai starter sudah ada. Namun, saat itu, pemain muda "cukup" diberi kesempatan tampil 10 menit, bukan 45 menit.

Kebijakan penggunaan pemain muda ini mendapat kritik dari gelandang asing PSM, Willem Jan Pluim. Menurut pemain berpaspor Belanda itu, keberadaan pemain muda bagus buat tim. Namun, tidak bisa pula dipaksakan.

Dia berpendapat, proses promosi pemain muda ke tim senior semestinya terjadi secara alami ketika kualitasnya sudah mumpuni. Jika dipaksakan, bukan tak mungkin malah berdampak tak baik bagi sang pemain.

"Ketika masih berusia di bawah U-23, saya main di tim utama bukan karena peraturan tetapi karena layak. Saat layak, kamu main. Tetapi, kalau tidak layak, kamu tidak main," ujar dia.

"Saat kamu memaksakan pemain yang belum layak untuk main, itu akan menurunkan kualitas liga dan sepak bola Indonesia," tuturnya.

 


Pelatih Persegres Gresik United, Hanafi, saat ditemui seusai laga uji coba menghadapi Perseru Serui di Stadion Petrokimia, Grasik, pada Rabu (1/2/2017).(TOVAN BRAM KUMAR/JUARA.NET)

Aturan pemain muda ini memang belum terlihat berdampak signifikan di Piala Presiden. Hanya, PSSI berharap kebijakan ini bisa merangsang klub-klub untuk memaksimalkan pemain binaan, ketimbang merekrut pemain asing.

Kebijakan ini juga didukung Menteri Pemuda dan Olahraga, Imam Nahrawi. Menpora mengharapkan hal tersebut bisa berdampak signifikan pada persepakbolaan Indonesia pada masa mendatang.

"Ya, (kebijakan) itu (mungkin) hanya (solusi) instan. Namun, kita harus yakin bahwa regulasi yang dibuat PSSI di Piala Presiden, kemudian nanti di liga, bisa mengurangi jumlah pemain asing," katanya saat mengunjungi Aji Santoso International Football Academi (Asifa), Minggu (5/2/2017).

"Memberi peluang kepada pemain junior (untuk tampil). Itu pertanda bahwa ada kepercayaan yang luar biasa dari PSSI agar klub memanfaatkan sebesar-besarnya pemain muda," tutur Menpora.

Aji dan Hanafi pun menatap positif penggunaan pemain muda. Mereka berharap pada laga berikutnya, para pemain muda itu bisa tampil lebih baik.

"Menurut saya, adalah hal wajar kalau para pemain muda itu grogi pada laga pertama,” ujar Aji.

“Semua akan saya benahi, mulai dari penyerang hingga sektor pertahanan. Dengan begitu,saat lawan Persipura Jayapura nanti, semua akan terlihat lebih baik," tutur Hanafi.

Pertandingan matchday kedua Piala Presiden 2017 akan dimulai pada Kamis (9/2/2017). Persegres akan menantang Persipura Jayapura akan berlangsung setelah laga antara PSS Sleman dan Mitra Kukar/

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P