Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Sekjen PSSI, Ade Wellington, menegaskan bagaimana fokus induk organisasi sepak bola nasional tersebut pada era Edy Rahmayadi. Menurut dia, penting bagi PSSI kini untuk merencanakan program yang berakhir dengan pelaksanaan.
PSSI periode 2016-2020 memang mengusung semangat baru. Paling kentara tentu panggung lebih untuk para pemain muda.
Kendati menuai pro-kontra, rencana pembatasan usia pemain pada kompetisi resmi setidaknya membuktikan energi baru yang diusung.
"Program kami tidak harus mutakhir tetapi harus bisa terimplementasi. Sepak bola usia muda kita sudah ketinggalan dengan negara-negara ASEAN," ucap Ade saat berjumpa dengan wartawan Tabloid BOLA dan JUARA di Palmerah, Jakarta, Kamis (2/2/2017).
"Tujuannya mencapai sepak bola profesional dan bermatabat. Timnas bisa hebat dan berprestasi dengan manajemen liga yang bersih plus industri yang maju," kata pria yang berkecimpung bersama Sekolah Sepak Bola ASIOP Apacinti selama tujuh tahun itu.
Baca Juga:
Akan tetapi, sepak bola industri yang dimaksud Ade mesti sesuai koridor. Tetap, kepentingan komersial harus mengalah demi perkembangan pemain.
"Pemilik-pemilik klub juga mestinya juga tergerak untuk menggandeng sponsor-sponsor papan atas. Contohnya pada era Galatama ada Arseto Solo, Pardedetex, hingga Krama Yuda Tiga Berlian," tutur dia.
Ade juga mengatakan, PSSI sekarang berkeinginan untuk bersih dari unsur politik. Selama ini, stigma tersebut memang kadung melekat pada induk sepak bola Indonesia itu.
"Sepak bola Indonesia harus nol politik. Sudah terlalu lama sepak bola kita ditunggangi hal-hal yang bukan semestinya disatukan," tutur manajer tim Indonesia saat menjuarai Piala Gothia U-15 2016 di Swedia itu.
[video]https://video.kompas.com/e/5303663745001_v1_pjuara[/video]