Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Ketika berada di Dortmund Junior, Hyballa adalah salah satu sosok yang ikut mendidik Mario Goetze dan yang lainnya, masuk ke tim senior Dortmund, kemudian dibeli oleh Bayern Muenchen.
Namun, lebih dari itu, Klopp dan Hyballa sama-sama punya kebiasaan untuk melakukan hal yang berbeda selain sepak bola.
Klopp melakukan kerja amal dengan bekerja di rumah sakit, sementara Hyball pergi ke Afrika, melatih di Namibia.
Klopp kuliah di universitas untuk belajar sports science, Hyball menimba ilmu justru dengan menulis buku.
Pada 2015, Hyballa pernah diundang ke Hennes Weisweiler Academy, di mana para pelatih Jerman mendapat lisensi kepelatihan.
Bukan untuk kursus di sana, melainkan mereka meminta Hyballa untuk mengajar salah satu mata kuliah.
“Prinsip saya adalah menganut gaya khas Jerman. Kami orang Jerman berlatih lebih banyak, berlatih lebih keras, dan berlatih lebih kuat,” kata Hyballa, ketika diwawancara Sky Sports.
Kini, Hyballa membawa sepak bola heavy metal ke Eredivisie. Bukan ke klub besar macam PSV Eindhoven, Feyenoord Rotterdam, atau Ajax Amsterdam. Melainkan ke klub yo-yo, karena punya kebiasaan untuk degradasi dan promosi, yakni NEC Nijmegen.
“Sangat tidak mudah bekerja di NEC. Masalah finansial selalu menghantui. Namun, setiap hari saya selalu berpikir positif. Persis seperti yang dilakukan oleh Klopp. Ia selalu bahagia,” kata Hyballa.
“Untuk empat pertandingan pertama, statistik menunjukkan NEC ada di dasar klasemen untuk hal penguasaan bola. Kini, kami ada di 10 besar klasemen berkat menang beruntun sejak kembali dari winter break di Marbella. Seandainya liga berakhir saat ini, saya akan minum sampanye,” ucap Hyballa sambil tertawa.