Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Amarah Pasukan Setan Milan

By Jumat, 3 Februari 2017 | 10:48 WIB
Gelandang AC Milan, Manuel Locatelli (kiri), menerima kartu merah dalam laga perempat final Coppa Italia kontra Juventus di Juventus Stadium, Turin, Italia, 25 Januari 2017. (VALERIO PENNICINO/GETTY IMAGES)

Saremo una squadra di diavoli. Kata-kata motivasi yang terpajang di lorong Stadion San Siro tersebut berfungsi mengingatkan personel AC Milan bahwa mereka adalah pasukan setan.

Penulis: Sem Bagaskara

Anak asuh Vincenzo Montella tampaknya menelan mentah-mentah petuah yang pertama kali muncul dari pendiri Milan, Herbert Kilpin, itu.

Ya. Il Diavolo musim ini memang memperagakan permainan ofensif yang berpotensi membuat merinding setiap lawan yang mereka hadapi.

Namun, "aura jahat" seperti benar-benar menghinggapi Alessio Romagnoli cs. Hal itu terkait agresivitas Milan.

Meski kompetisi musim ini baru setengah jalan, ada lima kejadian di mana pemain Milan diberikan "mandat" keluar meninggalkan area lapangan oleh wasit.

Koleksi kartu merah Il Diavolo akan bertambah menjadi enam jika menyertakan statistik di ajang Coppa Italia.

"Dilihat dari bangku cadangan, ia berupaya merebut bola. Tapi, bagaimanapun Locatelli masih berusia 19 tahun dan akan belajar dari kejadian ini untuk mengingatkan kembali betapa berapi-apinya ia dalam melakukan tekel," ujar Montella mengomentari tekel yang berbuah kartu merah untuk gelandang mudanya, Manuel Locatelli, di laga perempat final Coppa Italia versus Juventus.

Baca Juga:

Berkaca dari jumlah kartu merah, Milan pun menjadi salah satu tim "terkejam" di Italia. Perolehan kartu merah Milan di Serie A cuma kalah banyak dari Genoa (7 kartu merah), Cagliari (7), dan Bologna (6).

Milan mesti bermain lebih bersih jika ingin menjaga asa menembus papan atas Serie A. Pasalnya, kartu merah berefek negatif terhadap perolehan poin tim.

Hanya terdapat satu kejadian di mana Milan tetap meraup poin sempurna kendati mereka mengakhiri pertandingan dengan jumlah pemain yang lebih sedikit dari lawan.

Fenomena langka tersebut muncul pada pekan pertama Serie A 2016/17 tatkala Il Diavolo menekuk Torino 3-2 di San Siro. Saat itu, figur yang mendapat amanat pengusiran dari sang pengadil adalah Gabriel Paletta.

Selebihnya, Milan gagal memetik poin sempurna setiap ada personel mereka yang diusir, tepatnya di partai kontra Napoli (2-4/kartu merah: Juraj Kucka, M'Baye Niang), Genoa (0-3/Paletta), dan Torino (2-2/Alessio Romagnoli).

Tambahkan juga partai perempat final Coppa Italia versus Juve (1-2) di mana Locatelli terpaksa mendahului rekan-rekannya menuju ruang ganti.

Pekerjaan rumah Montella kini adalah menyalurkan emosi dan gairah anak asuhnya ke arah yang tepat, bukan menuju permainan agresif menjurus kasar.

Montella bisa belajar dari Milan asuhan Filippo Inzaghi pada 2014/15, yang cuma finis di posisi ke-10 klasemen. Prestasi buruk itu salah satunya dipicu oleh kegagalan Inzaghi dalam melakukan manajemen emosi di ruang ganti.

Milan pun tampil dengan emosi labil dan meledak-ledak. Pada akhir musim Il Diavolo meraih status sebagai tim paling kasar seiring 13 kartu merah yang mereka koleksi.

Selain emosi, persoalan lain yang mesti diselesaikan Montella adalah terkait konsentrasi. Milan kerap tak memulai laga dengan sikap yang benar.

Il Diavolo sering kemasukan pada menit-menit awal pertandingan. Kondisi itu menyebabkan Milan harus mati-matian berupaya membalikkan keadaan pada babak II.

Konsekuensinya, fisik terkuras dan level amarah meningkat. Kondisi itulah yang sering memicu lahirnya pengusiran buat personel pasukan setan.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P