Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Lolosnya Burkina Faso dari babak perempat final disebut sebagai kejutan. Lantas, bertemu Mesir pada babak semifinal di Stade de l’Amitie di kota Libreville pada Rabu (1/2/2017), masihkah ada kejutan bagi Burkina Faso?
Penulis: Dedi Rinaldi
Pelatih Burkina Faso, Paulo Duarte, mengatakan ketika sebuah tim sudah sampai di babak setinggi semifinal, maka tidak ada lagi yang harus dipikirkan selain bagaimana bisa menang.
Pelatih asal Portugal itu pun ingin mengulangi prestasi tertinggi Burkina Faso sejauh ini, yaitu menjadi finalis pada 2013 saat pesta Piala Afrika digelar di Afrika Selatan.
Namun, di sisi lain, Duarte juga mengatakan bahwa Mesir lebih diunggulkan ketimbang timnya.
“Saya ingin melanjutkan sensasi lagi, yaitu lolos ke partai final. Ini sebuah pekerjaan berat karena Mesir merupakan tim favorit,” katanya.
Pada Piala Afrika 2017, Burkina Faso yang berjuluk Les Etalons memang berkalung sensasi. Tidak seperti tim-tim Afrika lainnya yang bertabur bintang dan bertualang ke klub-klub ternama Eropa, Burkina Faso boleh disebut tim tanpa pemain bintang, tapi bisa melangkah jauh.
Burkina Faso Knockouts Tunisia to Reach African Nations Cup Semi Final https://t.co/Y83uk9aV5U pic.twitter.com/MwiznZjnJA
— News @ theglobe.ng (@theglobengr) January 29, 2017
Karena itu, kondisi tadi yang membuat Burkina Faso disebut sebagai tim kejutan kendati melangkah ke babak semifinal bukan untuk pertama kalinya.
Babak semifinal Piala Afrika 2017 merupakan yang ketiga kalinya Burkina Faso bermain di fase empat besar setelah edisi 1998 dan 2013.
Menurut Duarte, tidak ada strategi khusus dalam menghadapi Mesir selain bermain tanpa beban. Kendati begitu, ada faktor yang diyakini Burkina Faso, yaitu tekanan mental akan terasa lebih berat di pihak Mesir.