Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Baca Juga:
"Bicara football for business, teman-teman LSI (kasta tertinggi) protes. Apakah sponsor masih tertarik untuk membiayai kompetisi kita? Kenapa LSI ada pembatasan usia U-23?," ucap Hidayat memberikan contoh gejolak yang terjadi.
"Kami sadar sepak bola dari sisi bisnis bisa menjadi sirkulasi uang dan lahan pekerjaan bagi saudara-saudara kita. Maka, semua ini kami lakukan semata-mata untuk perbaikan sepak bola Indonesia," ucapnya melanjutkan.
Rubuhkan Fondasi
Di Liga 2, tantangan akan lebih berat lagi. Dengan adanya pembatasan pemain dipastikan nama-nama dengan rentang usia 25-30 yang tak laku di LSI tetapi masih relatif bagus dalam hal teknis dan nilai jual, bisa terhalang masuk.
Hal ini seolah merubuhkan fondasi industri Divisi Utama, yang selama ini dibangun agar bisa mandiri dalam sisi komersial, tak lagi menyusu pada LSI.
Bagi Hidayat, andaikan pembatasan usia itu resmi dilakukan, operator kompetisi dan klub harus memikirkan cara jitu agar nilai komersial sepak bola dalam negeri tak berkurang.
PSSI masih optimistis kebijakan seperti itu tak menurunkan minat perusahaan untuk mensponsori kompetisi ataupun klub.
"Klub yang akan berhitung siapa pemain yang lebih menguntungkan, baik dari sisi teknis dan bisnis," kata sosok yang matang sebagai pengelola klub amatir tersebut.
"Suatu kekeliruan kalau memilih pemain yang tak menguntungkan keduanya. Di situlah tantangan manajer untuk mengelola suatu klub," ujarnya.