Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Biasanya, setelah pertandingan di Premier League, Manajer Liverpool, Juergen Klopp, hanya akan berbicara selama lima menit dengan pemainnya di ruang ganti. Pembicaraan itu untuk mengulas apa yang terjadi di lapangan.
Penulis: Dian Savitri
Sehari setelah pertandingan akan diadakan sesi pemulihan. Namun, tidak demikian ketika Liverpool kalah 2-3 dari Swansea City di Anfield, 21 Januari lalu. Klopp perlu membuat sebuah rapat besar setelah hasil itu.
Kelar pertandingan sial itu, manajer asal Jerman tersebut bicara selama satu setengah jam dengan pemainnya.
Pembicaraan itu tidak hanya berisi kata-kata, tapi juga dilengkapi dengan sebuah presentasi yang menunjukkan semua kekurangan dan kelebihan tim dalam beberapa pekan terakhir.
Menurut The Telegraph, di rapat besar itu, Klopp menuntut perkembangan dari pemainnya. Namun, ia juga menyebutkan betapa bagusnya permainan mereka sehingga target yang ditetapkan pada awal musim masih dalam jangkauan.
Rapat seperti itu adalah yang pertama kalinya dilakukan oleh Klopp. Ia merasa harus melakukannya sebagai respons langsung dari aura negatif yang dirasakannya di sekitar klub, bahkan sebelum kalah dari Swansea.
Dua laga sebelum Swansea dilalui dengan hasil seri, yaitu 2-2 melawan Sunderland (2/1/2017) dan 1-1 dengan Manchester United (15/1/2017).
Dari pembicaraan itu, ada satu hal positif yang muncul, yaitu pulihnya Philippe Coutinho. Pemain Brasil itu juga sudah setuju untuk berada di Liverpool hingga Juni 2022.
Pada 24 Januari lalu, Coutinho resmi bergaji 150 ribu pounds per pekan, menjadi pemain Liverpool dengan gaji tertinggi.
Menurut The Mirror, gaji itu potensial bertambah menjadi 200 ribu kalau ditambah dengan berbagai bonus. Kembalinya Coutinho dari cedera akan menjadi hal yang penting demi kelangsungan perjuangan Liverpool hingga akhir musim ini.
Pemilik Liverpool, Fenway Sports Group, tidak mau membuang waktu. Coutinho punya nilai tinggi untuk klub.
Baca Juga:
“Kami mengadakan sebuah rapat lama setelah pertandingan sehingga saya bisa bersiap menghadapi sisa musim ini. Rapat itu adalah murni football meeting, dengan tambahan beberapa hal yang mendukung. Rapat itu harus diadakan karena target tahun ini belum berubah,” kata Klopp.
“Bukan karena klub-klub lain membuat banyak peluang. Hal itu tanda yang bagus. Hanya, mereka tidak membuat banyak peluang, namun tetap bisa membobol gawang kami. Karena itu, kami bicara tentang hal itu dan beberapa tema lainnya,” lanjut Klopp.
[video]https://video.kompas.com/e/5292092577001[/video]
Juergen Klopp menghadapi fase serius untuk pertama kali sejak menjadi manajer Liverpool dengan ekspektasi yang meningkat.
Setelah mengawali musim dengan gemilang, kini Si Merah justru hanya berusaha untuk mengejar Chelsea, yang berselisih 10 poin.
Menjalani 15 bulan di Anfield, Klopp mengingatkan pemain untuk terus setia pada jadwal dalam hal perkembangan.
Dengan 45 poin yang telah dikumpulkan saat ini, Liverpool sudah memiliki 14 poin lebih banyak dibandingkan periode yang sama musim lalu.
Dengan mood swing yang terjadi di Merseyside Merah, tampaknya tim membutuhkan sentuhan psikologis dari Klopp, bukan hanya manajemen taktik dan teknik.
“Saya bisa merasakannya di sekitar kami. Kondisinya tidak sehat lagi. Kami harus mengembalikan semua ke jalur awal. Kami bertarung di setiap pertandingan. Hal itu yang penting dan kemudian kami akan menantikan apa yang terjadi dengan klub-klub lain,” kata Klopp.
“Kalau Chelsea memenangi semua laga, maka tim yang lain pun tidak akan punya kesempatan untuk menjadi juara, tidak hanya Liverpool. Namun, kami bisa berusaha untuk menampilkan yang terbaik, sehingga bisa berada di posisi setinggi mungkin. Kami harus bisa lolos ke Liga Champions musim depan,” tutur manajer berusia 49 tahun itu.