Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Pelatih Timnas, Hati-hati dengan Ekspektasi

By Rabu, 18 Januari 2017 | 15:10 WIB
Pelatih timnas Spanyol, Luis Milla, mengamati jalannya laga antara Spanyol vs Maroko dalam ajang Olimpiade 2012 di Stadion Old Trafford, Manchester, pada 01 Agustus 2012. (PAUL ELLIS/AFP)

Sekjen PSSI, Ade Wellington, menyebut salah satu alasan penetapan dua orang berdarah Spanyol (Luis Fernandez lahir di Spanyol sebelum beremigrasi ke Prancis dan menjadi warga negara di sana, sementara Luis Milla memang memiliki paspor Spanyol) adalah bahwa kemiripan postur tubuh membuat pemain Indonesia cocok dengan filosofi permainan Negeri Matador. 

Penulis:  Suci Rahayu/ Budi Kresnadi/Tovan Bram/Gonang Susatyo/ Andrew Sihombing

Dalam hal ini yang dimaksud tak lain permainan ofensif berbasis penguasaan bola dan operan- operan pendek yang membuat klub Barcelona dan timnas Spanyol sempat meraja.

Harapan melihat Tim Merah Putih tampil dengan gaya serupa tentu sah-sah saja dilambungkan. Terlebih bila akhirnya Luis Milla yang ditunjuk sebagai suksesor Alfred Riedl sebagaimana perkembangan terakhir hingga tulisan ini dicetak.

Sebagai pemain, Milla merupakan sosok yang dipercaya oleh Johan Cruyff sebagai gelandang nomor 4.

Dialah gelandang di depan bek yang tak cuma bertugas membantu pertahanan, tapi juga mengatur serangan. Selepas kepindahan Milla ke Real Madrid, posisi ini disempurnakan oleh Pep Guardiola.

Status sebagai alumnus akademi junior La Masia yang terkenal itu membuat Milla fasih benar memeragakan gaya tiki-taka Barcelona. Dengan itulah ia membawa Spanyol U-21 menjadi kampiun Eropa pada 2011.

Mantan rekan di Madrid, Fernando Sanz, menyebut Milla punya atribut yang tepat untuk menjadi pelatih hebat. "Dia pekerja keras, sangat teratur, dan cermat mempersiapkan tim," ujarnya.