Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Claudio Ranieri bekerja sangat keras buat memperbaiki performa Leicester. Tanda-tanda perbaikan itu memang sudah terlihat.
Seperti kebanyakan pelatih top, salah satu cara buat memberikan kestabilan pada sebuah tim yang sedang limbung adalah dengan memperbaiki cara bertahan tim.
Setidaknya dengan mencegah lawan membuat gol, sebuah tim bisa mendapatkan satu poin dari hasil imbang.
Ranieri sepertinya juga melakukan hal itu, yang terlihat di dua laga Premier League teranyar mereka ketika melawan West Ham dan Middlesbrough.
Di dua laga itu, Leicester menang 1-0 dan bermain imbang 0-0.
Baca juga:
Bukan hanya mencatat dua clean sheet, Leicester juga cuma menderita tiga tembakan tepat sasaran di masing-masing laga.
Rataan itu menurun drastis dari rata-rata yang terjadi di 18 laga pertama musim ini yang mencapai 4,9 atau dibulatkan lima kali dalam satu pertandingan.
Jumlah kebobolan masif sebanyak 31 kali itu pun menunjukkan ada yang salah dengan cara bertahan Leicester hampir di separuh pertama EPL 2016-2017.
Menurut Ranieri, pria yang baru saja didapuk sebagai The Best FIFA Men's Coach 2016, timnya tidak sefokus musim lalu ketika menjalani laga Premier League.
"Tim ini mungkin tidak sefokus di Premier League karena kami seperti berpikir akan bangkit dengan mudah dari setiap kekalahan tanpa mengalami banyak masalah. Berbeda ketika bermain di Liga Champions," ujar Ranieri di situs FIFA.
"Liga Champions merupakan turnamen baru buat kami dan juga pasti berdurasi lebih pendek, sehingga membantu kami lebih fokus. Saya menyadari perbedaan besar itu di beberapa laga terakhir liga, dan kini saya kira Leicester sudah kembali ke jalur yang tepat. Kami tidak akan berebut di jalur juara, tetapi bisa mendapatkan musim yang bagus," ucapnya lagi.
Pertahanan Leicester di 2016-2017
18 Laga Pertama
Kebobolan: 31
Menderita Tembakan Tepat Sasaran: 88 (4,88 per laga)
Clean Sheet: 3
2 Laga Terakhir
Kebobolan: 0
Menderita Tembakan Tepat Sasaran: 6 (3 per laga)
Clean Sheet: 2