Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Rennes Vs PSG, Tak Cukup Bermain Cantik

By Sabtu, 14 Januari 2017 | 16:27 WIB
Bek Paris Saint-Germain, Thiago Silva, dikelilingi rekan setimnya setelah mencetak gol ke gawang Metz dalam partai Piala Liga Prancis di Stadion Parc des Princes, Paris, 11 Januari 2017. (MARTIN BUREAU / AFP)

Musim ini, Stade Rennes dianggap mengalami renaissance alias kelahiran kembali. Aktor utama lesatan skuat beralias Les Rouges et Noirs (Si Merah Hitam) itu adalah pasangan ayah-anak: Christian dan Yoann Gourcuff.

Penulis: Sem Bagaskara

Rennes musim ini muncul sebagai salah satu penantang papan atas. Klub asal Region Bretagne tersebut bahkan pernah dua kali menempati posisi empat klasemen, tepatnya pada pekan ke-14 dan 16.

Les Rouges et Noirs merupakan salah satu kontestan Ligue 1 yang senantiasa memeragakan sepak bola cantik berbasis penguasaan bola.

Persentase penguasaan bola per gim Rennes (52,9 persen) cuma kalah superior dari Lyon (54,9%), Nice (56,8%), dan PSG (61,6%).

Christian Gourcuff, yang mulai melatih Rennes pada 2016-2017, adalah figur yang memungkinkan Romain Danze cs bermain mengalir.

Strategi Christian bisa berjalan karena tim punya pengatur permainan dan distributor bola wahid yang tak lain adalah putranya sendiri, Yoann Gourcuff.

Christian dan Yoann, yang pernah dilabeli sebagai titisan Zinedine Zidane, kian dicintai fan karena mereka merupakan putra asli region Bretagne.

"Satu-satunya tujuan saya adalah kualitas permainan. Kami menyisakan banyak ruang untuk berkembang. Aliran permainan tim terkadang masih inkonsisten," kata Gourcuff senior di L'Equipe saat ditanya soal kans timnya finis di lima besar.

Ya. Jika ingin menjadi penantang serius papan atas, Rennes mesti lebih konsisten meraup hasil.