Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Antusiasme warga Nusa Tenggara Timur terhadap sepak bola sangat tinggi. Kendati demikian, gairah tersebut tak diimbangi dengan infrastruktur yang kondisinya masih jauh dari harapan.
Penulis: Gonang Susatyo
Tak ada lapangan yang memenuhi syarat di provinsi tersebut. Jangankan daerah lain, stadion di Kupang, yang merupakan ibu kota provinsi, juga tidak cukup representatif.
"Bicara sepak bola, nenek-nenek dan bapak-bapak selalu datang ke stadion atau lapangan untuk menonton pertandingan. Lapangan yang tersedia selalu dipakai anak-anak untuk bermain bola," kata Lambertus Ara Tukan, Sekretaris Umum Asprov PSSU NTT.
Baca juga:
"Ketiadaan stadion bertaraf nasional, apalagi internasional, memang tak menghalangi mereka bermain bola. Tetapi, tetap saja NTT memerlukan stadion atau lapangan yang memadai, setidaknya saat turnamen atau kompetisi," ujarnya.
Kupang sebenarnya memiliki dua stadion yang biasa dipakai untuk pertandingan bal-balan, yaitu Oepoi dan Merdeka. Keduanya terletak di tengah Kota Kupang.
Kondisi Oepoi dinilai paling bagus. Tak heran stadion ini tetap menjadi pusat semua kegiatan olah raga di Kota Kupang.
Hanya, saking banyaknya yang ingin berlatih di sana, semua harus berbagi.
Di satu sisi, ada anak-anak berlatih sepak bola. Di bagian trek lapangan, ada remaja dan anak yang berlatih atletik. Belum lagi atlet difabel yang ikut berlatih di sana.
Namun, Oepoi tetap kurang representatif. Selain sejumlah fasilitas stadion tak terawat, banyak tempat duduk penonton yang sudah rusak.
Rumput lapangan juga nyaris tidak ada yang tumbuh. Jadi, pengguna stadion berlatih di tanah lapang cokelat dan keras karena struktur tanah yang berbatu.
"Pemain harus berhati-hati bila hendak menjatuhkan diri untuk menekel. Bukannya dapat mengambil bola, kaki malah bisa luka atau tergores karena lapangan yang keras," tutur Antonius Kia, pelatih sepak bola di NTT.
Kondisi lapangan lebih buruk lagi di musim hujan.
"Ibarat tempat kerbau berkubang lumpur. Pertandingan sepak bola harus dihindari di musim hujan karena lapangan tak bisa dipakai," kata Antonius.
Kondisi Stadion Merdeka yang terletak di Kampung Merdeka lebih parah.
Stadion itu nyaris gersang karena tidak ada rumputnya. Lapangan hanya akan disiram dan kemudian ditandai lagi jika bakal digunakan untuk pertandingan.
“Meski demikian, stadion itu tetap dipergunakan untuk pertandingan sepak bola. Pasalnya, stadion atau lapangan masih sedikit di Kupang,” ucap Felix Dando, Bidang Kompetisi dan Turnamen Asprov PSSI NTT.
Pemakaian nama Stadion Merdeka diyakini karena di lapangan itulah tempat berkumpulnya para pejuang kemerdekaan saat mengumandangkan proklamasi yang sudah dibacakan oleh Ir Soekarno.
"Dengan mengumandangkan proklamasi, warga NTT meneguhkan diri sebagai bagian dari Indonesia yang sudah merdeka. Daerah yang menjadi lokasi lapangan itu kemudian dikenal sebagai Desa Merdeka, sementara lapangannya disebut Lapangan Merdeka," kata Antropolog Universitas Kristen Artha Wacana (UKAW) Kupang, Mesach Daniel Beeh.