Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Dua tahun lalu, ketika Piala Afrika digelar di Guinea Ekuatorial, hanya ada tiga pelatih asli Afrika dari 16 negara peserta. Pelatih lainnya berasal dari berbagai negara, terutama dari Eropa.
Penulis: Dian Savitri
Kini, di Gabon, ada kemajuan. Jumlah pelatih dari Benua Afrika menjadi empat orang. Itu berarti 25 persen dari total 16 orang.
Dari mereka yang hadir pada Piala Afrika 2015, ada delapan pelatih yang hadir lagi tahun ini. Akan tetapi, tidak semua masih menangani tim yang sama seperti dua tahun lalu.
Hanya Florent Ibenge dan Avram Grant yang masih menangani negara yang sama, yaitu Republik Demokratik Kongo dan Ghana. Enam orang lain sudah berganti negara asuhan.
Herve Renard hadir sebagai pelatih dengan rekor mengesankan. Pelatih asal Prancis berusia 48 tahun itu membawa Zambia dan Pantai Gading masing-masing menjadi juara Afrika pada 2012 dan 2015.
Renard menjadi pelatih pertama yang menjadi juara Piala Afrika dengan dua tim berbeda.
“Saya mendapat banyak respek dari pelatih lainnya karena prestasi yang saya raih bersama Zambia. Mereka bertanya bagaimana caranya menjadi juara bersama tim yang sama sekali tidak dikenal?” kata Renard, yang tahun ini dipercaya menangani Maroko.
[video]https://video.kompas.com/e/5272442211001[/video]
“Saya katakan kepada mereka Zambia adalah sebuah tim yang sangat bagus. Sudah menjadi takdir saya menangani Zambia. Jika Zambia tidak menjadi juara pada 2012, tidak mungkin Pantai Gading akan memanggil saya untuk melatih mereka,” lanjut Renard kepada MTN Football.
Bersama Maroko, Renard sudah menentukan 23 pemain yang dibawanya ke Gabon. Dari 23 nama itu, hanya tiga yang bermain di luar Eropa.
Patut dinanti apakah Renard bisa menjadi pelatih pertama yang menjuarai Piala Afrika bersama tiga tim berbeda. Tambahan, Maroko asuhan Renard berada satu grup dengan Pantai Gading, tim yang dibawa Renard menjadi juara 2015.
Baca Juga:
Akan tetapi, semua harus angkat topi untuk pelatih kawakan di kawasan Afrika yang bernama Claude Le Roy. Situs Soka 25 East membuat tulisan dengan lead berbunyi: “Apa jadinya Piala Afrika jika tidak dihadiri oleh Claude Le Roy?”
Pelatih (juga) asal Prancis berusia 68 tahun itu sudah malang melintang di Afrika sejak 1985, ketika ia pertama kali melatih Kamerun.
Sejak itu, ada empat negara lagi yang dibawanya ke Piala Afrika, yaitu Senegal, RD Kongo, Ghana, dan tahun ini Togo.
[video]https://video.kompas.com/e/5274328748001[/video]
Le Roy membawa Kamerun menjadi juara Piala Afrika edisi 1988 yang digelar di Maroko. The White Witch, demikian julukan Le Roy, mengambil tantangan baru dengan menerima kerja dari Togo.
Le Roy berhasil mengangkat semangat The Hawks dan berhasil mendapat satu tiket untuk Gabon 2017. Meski demikian, ada kekhawatiran tentang kurangnya pelatih lokal di Piala Afrika.
#PulseSports #AFCON2017
— Pulse Ghana (@PulseGhana) January 11, 2017
Claude Le Roy
Born: February 6, 1948 (age 68)
He is a French football manager and former player. pic.twitter.com/NXO1Gk8fGA
Seakan-akan, pelatih asing justru lebih mengenal tim-tim di Afrika. Atau sebaliknya, tim-tim Afrika lebih percaya kepada pelatih asing.
Terakhir kali pelatih asal Afrika yang sukses menjadi juara di Piala Afrika adalah Stephen Keshi bersama Nigeria pada 2013.
Keshi, eks pemain nasional Nigeria, diangkat menjadi pelatih pada 2011 dan dua tahun kemudian sukses di Afrika Selatan 2013. Keshi wafat pada 7 Juni 2016.
Tahun ini Nigeria tidak lolos ke Gabon. Seandainya lolos, maka akan ada satu lagi pelatih non-Afrika, karena Nigeria ditangani oleh pelatih asal Jerman, Gernot Rohr.
Ibenge, salah satu dari empat orang Afrika di Gabon 2017, berharap bisa membawa RD Kongo berprestasi.
RD Kongo pernah menjadi juara di African Nations Championship (bukan Piala Afrika) 2009, tapi ketika itu ditangani oleh pelatih asal Prancis, Patrice Neveu.
Daftar pelatih kontestan Piala Afrika 2017:
Grup A
Grup B
Grup C
Grup D
[video]https://video.kompas.com/e/5277752468001_v1_pjuara[/video]