Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Piala Afrika 2017: Ternoda Rezim Bongo

By Minggu, 8 Januari 2017 | 04:01 WIB
Presiden Gabon Ali Bongo Ondimba (kanan) memandu penyerang Barcelona Lionel Messi (tengah) meninjau lokasi pembangunan Stadion Port-Gentil, di Ntchengue, Port Gentil, 18 Juli 2015. (STEVE JORDAN/AFP)

Gabon, sebagai tuan rumah pergelaran pesta Piala Afrika 2017, merupakan salah satu negara jajahan Prancis. Jadi jangan heran apabila nama-nama stadion yang digunakan sangat berbau Prancis. Empat stadion yang dipakai ialah Stade de I’Amitie, Stade de Franceville, Stade d’Oyem, dan Stade de Port-Gentil.

Penulis: Dedi Rinaldi

Namun, uniknya, semua stadion baru ini dibangun dan diarsiteki oleh konstruktor dari negara China, yaitu Shanghai General Construction.

Gabon memang serius mempersiapkan diri sebagai tuan rumah pada pergelaran ke-31 Piala Afrika ini. Hanya, di balik keseriusan tersebut tersibak pula aroma tidak sedap karena Gabon yang dipimpin oleh rezim diktator Ali Bongo disebut terlalu memperhatikan pembangunan untuk Piala Afrika di tengah kesulitan hidup warganya.

Human Rights Foundation (HRF) atau Yayasan Hak Asasi Manusia menjadi salah satu lembaga yang paling keras mengkitik Gabon terkait Piala Afrika 2017.

“Piala Afrika 2017 membutuhkan biaya teramat besar, padahal tersimpan fakta bahwa rezim Bongo telah membiarkan sekitar 20 persen populasi di negaranya hidup hanya dengan uang dua dollar per hari,” kata Presiden HRF, Thor Halvorssen.

Lembaga ini sangat memperhatikan rezim yang berkuasa dan menyebutnya sebagai penindas. Sampai-sampai pemain bintang Barcelona asal Argentina, yaitu Lionel Messi, terkena getahnya ketika berkunjung ke Gabon atas undangan Bongo pada 2015.

Messi datang ke negara Afrika bagian barat itu setelah Gabon terpilih menjadi tuan rumah Piala Afrika 2017. Di Gabon, Messi mengunjungi rumah sakit, restoran milik Bongo, serta terlibat perayaan bersama Bongo.

Saat itu, HRF langsung menilai Messi telah menurunkan kredibilitasnya sendiri sebagai pembela hak-hak anak dan statusnya sebagai duta UNICEF.

Lionel Messi secara serius telah merusak kredibilitas yayasannya sendiri. Messi, yang kerap disebut mendukung hak-hak anak dan bahkan menjadi duta UNICEF, ternyata malah menyokong sebuah rezim kleptokratis,” kritik HRF.

Pejabat HRF lainnya, Alex Gladstein, menambahkan bahwa tindakan Messi datang ke Gabon dan menemui Bongo sangat mengejutkan.

“Jika Messi ingin melakukan sesuatu yang bermanfaat di Gabon, HRF memberikan rekomendasi baginya untuk membuat pernyataan solidaritas untuk membuka pintu investigasi kasus ritual kurban anak tersebut. Bukannya malah berpesta dengan para penindas,” kata Gladstein.

Atas serangan tersebut, Bongo membela diri dengan mengatakan berusaha sebaik mungkin menjadi tuan rumah dan tetap memperhatikan kehidupan warganya.

Sementara itu, Messi tidak berkomentar atas serangan kepada dirinya. Namun, Messi mengakui peristiwa tersebut bisa menjadi pelajaran berharga baginya tentang bagaimana menempatkan diri sebagai figur yang terkenal.

[video]https://video.kompas.com/e/5273665504001_v1_pjuara[/video]

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P