Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Meneropong Kepastian Nasib Klub Terhukum di Kongres Tahunan PSSI

By Jumat, 6 Januari 2017 | 20:48 WIB
Salah satu Bonek berfoto di depan polisi yang berjaga. (FERNANDO RANDY/BOLA/JUARA/NET)

PSSI berjanji membahas status tujuh klub yang terkena sanksi federasi pada Kongres Tahunan PSSI di Bandung, Minggu (8/1/2017). Hal itu disampaikan langsung Ketua Umum PSSI, Edy Rahmayadi, ketika berkunjung ke Surabaya untuk bertemu pengurus Persebaya dan Bonek pada 28 Desember tahun lalu.

Penulis: Ferry Tri Adi/Suci Rahayu

Meski demikian, sebenarnya tujuh klub yang dikeluarkan dari anggota PSSI itu tak layak melambungkan optimisme. Pasalnya, nasib mereka masih harus ditentukan 107 pemilik suara yang hadir dalam kongres nanti.

Janji Edy tak akan banyak membantu jika mayoritas pemilik suara tidak menyetujui pemulihan status tujuh klub tersebut atau menolak pembahasan itu, seperti halnya di Kongres PSSI pada 10 November.

"Persebaya langsung kembali ke PSSI jika secara aklamasi disetujui. Namun, jika ada yang tidak setuju, akan diputuskan melalui pemungutan suara. Suara tertinggi ada di pemilik suara pada kongres nanti. Jadi, kami tetap mendengarkan 107 pemilik suara itu," ujar Edy.

Baca juga:

Melihat kondisi itu, Persebaya masih menunjukkan optimisme bisa kembali diakui keanggotaannya oleh PSSI. Hal itu diutarakan Manajer CH Faried, yang juga menyambut kedatangan Edy Rahmayadi di Surabaya.

“Kalau saya optimistis. Kemarin yang datang langsung ke Surabaya Ketua Umum PSSI didampingi Sekretaris Jenderal Ade Wellington,” tutur Faried.

"Jadi, kami menjadikan pertemuan itu sebagai pegangan bahwa tanggal 8 Januari nanti Persebaya disahkan sebagai anggota PSSI. Mudah-mudahan PSSI tidak ingkar lagi. Saya yakin mereka punya komitmen," ucapnya.

Tak hanya Persebaya, Persema pun senada. Klub berjulukan Laskar Singosari itu bahkan mengaku sudah melakukan konsolidasi dengan pemilik suara di kongres.

“Persema tetap optimistis akan masuk kompetisi lagi. Insya Allah sesuai rencana. Selain itu, kami juga sudah melakukan konsolidasi dengan pemilik suara,” tutur Bambang Suryo, Manajer Legal dan Hukum Persema.

"Kami yakin era baru PSSI ini lebih baik. Saya harap mereka mendengar jeritan kami. Harapan kami dan klub-klub lain mendapatkan pengampunan. Kalau memang dulu bersalah, tolong maafkan. Semua bisa dimulai dari awal," ucapnya.

Perwakilan tujuh klub yang statusnya akan dibahas di kongres nanti juga turut diundang. Persema akan diwakili Bambang, Totok Sukajito (manajer tim), dan Dito Arif (CEO), sementara Faried dan Cholid Goromah (Direktur Utama PT Persebaya Indonesia) mewakili Bajul Ijo.

Kedatangan mereka hanya sebatas peninjau, bukan pemilik suara dalam kongres.

“Memang kehadiran kami hanya sebagai peninjau. Kalau sudah disahkan menjadi anggota, kami bisa menjadi pemilik suara lagi,” tutur Faried.

Khusus Persebaya, PSSI sendiri berharap pendukung fanatik mereka, Bonek, tidak hadir di kongres. Pasalnya, Ketua Umum PSSI mengatakan akan mencoret pembahasan sanksi tujuh klub tersebut bila Bonek hadir di Bandung.

Baca Juga:

Manajemen Bajul Ijo sendiri sudah berusaha mengimbau Bonek untuk bersabar dan percaya kepada PSSI.

“Kalau soal Bonek, manajemen sudah mengimbau agar mereka tidak berangkat. Namun, mungkin mereka ketakutan akan nasib Persebaya," kata Faried.

"Mereka memutuskan tetap berangkat karena sudah jauh hari membeli tiket kereta dan pesawat ke Bandung. Jadi, memang repot kalau manajemen mau bersikap. Saya mengimbau agar semua pihak tetap bersabar dan percaya kepada pengurus PSSI. Semoga PSSI melihatnya dengan bijak," ucapnya.

"Kalau lancar dan disahkan menjadi anggota, semua jadi enak. Kami langsung siap berkompetisi. Kami sudah punya pemain, latihan juga tetap rutin dan memainkan beberapa laga uji coba. Tinggal mencari pelatih kepala dan menambah pemain bintang. Tim kira-kira sudah 80 persen siap. Banyak pemain yang siap tampil untuk Persebaya. Apalagi, kami didukung sponsor,” kata Faried lagi.

“Suara” Persebaya sendiri saat ini diwakili Bhayangkara FC. Hal itu tak lepas dari dualisme pada kompetisi 2010-2011 lalu.

Tim Bajul Ijo sempat terdegradasi ke Divisi Satu karena menyatakan mundur dari babak delapan besar Divisi Utama (DU) pada 2005. Setahun berselang, Persebaya berhasil menjadi juara Divisi Satu dan promosi ke DU.

Namun, pada kompetisi DU 2007, Persebaya hanya berada di posisi ke-14 dan gagal lolos ke Liga Super Indonesia (LSI).

Baru pada 2008 Persebaya lolos ke LSI setelah berada di peringkat keempat DU dan mengalahkan PSMS di babak play-off. Kelolosan tersebut membuat Persebaya harus mendirikan badan hukum bernama PT Persebaya Indonesia.

Hanya, setahun kemudian Bajul Ijo kembali terdegradasi ke DU. Ketika itu, manajamen Persebaya menganggap PSSI tidak bisa mengurus federasi.

Alhasil, manajemen Bajul Ijo saat itu memutuskan tidak ikut kompetisi di bawah PSSI musim 2010-2011.

Penolakan tersebut dianggap sebagai pelanggaran Statuta PSSI dan terancam dikeluarkan sebagai anggota federasi.

Bajul Ijo pun akhirnya berlabuh ke Liga Primer Indonesia (LPI) pada musim itu.

Ketika Persebaya tak berkompetisi di bawah PSSI, Pengcab PSSI Kota Surabaya yang diwakili Wisnu Wardhana berdalih menyelamatkan Persebaya dari sanksi PSSI dengan membentuk tim anyar bernama Persebaya juga dari hasil mengakuisisi Persikubar Kutai Barat.

Persebaya anyar tersebut akhirnya promosi ke LSI 2014. Singkat cerita, Persebaya versi baru itu sempat berganti nama menjadi Surabaya United, Bonek FC, Bhayangkara Surabaya United, dan sekarang Bhayangkara FC.

[video]https://video.kompas.com/e/5269646289001[/video]

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P