Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Penggunaan stadion yang terletak di luar Jakarta sebagai markas tim masih menjadi isu terhangat setiap kali membahas Persija Jakarta. Belum ada kepastian, tetapi kemungkinan besar mengarah kepada dua stadion, yakni Patriot (Bekasi) dan Wibawa Mukti (Cikarang).
Penulis: Indra Citra Sena
Alasan utama pemilihan dua stadion tersebut sudah tentu karena lokasi yang terjangkau dari Jakarta sehingga memudahkan para suporter untuk memberikan dukungan penuh di setiap partai kandang Persija dalam kompetisi terdekat, yakni Liga Super Indonesia 2017.
“Soal kandang, kami masih berupaya agar bisa bermain di dekat Jakarta. Opsinya adalah Patriot dan Wibawa Mukti. Dua stadion itu memang yang paling rasional," kata media officer Persija, Moses Souza, kepada Tabloid BOLA.
Manajemen Persija tampak kapok harus bermain kandang jauh dari Jakarta. Pada Torabika Soccer Championship (TSC) 2016, Macan Kemayoran memainkan separuh laga kandangnya di Stadion Manahan, Solo.
Jarak yang terlampau jauh antara Jakarta dan Solo (sekitar 570 kilometer) berdampak negatif terhadap antusiasme Jakmania, pendukung Persija.
Jumlah penonton menurun drastis bila dibandingkan dengan pertandingan Persija yang berlangsung di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK).
Baca Juga:
Alih-alih kembali menggunakan SUGBK, Persija lagi-lagi dipaksa berkelana.
Sanksi memang sudah berakhir, tetapi renovasi stadion termegah di Indonesia itu guna menyambut Asian Games 2018 secara tak langsung telah mengusir mereka ke luar Jakarta.
Ironi. Jakarta yang notabene adalah ibu kota Indonesia sekaligus pusat pemerintahan justru kehabisan stok stadion layak pakai dan bertaraf nasional.
Lebak Bulus selaku kandang lama Persija telah dibongkar karena terkena imbas pembangunan moda transportasi modern (MRT).
Harapan boleh saja terjangkau dari ibu kota, tetapi Persija juga perlu mempertimbangkan masalah keamanan.
Bermarkas di Bekasi atau Cikarang berarti memperbesar risiko gesekan dengan bobotoh alias suporter Persib Bandung.
Bekasi dan Cikarang termasuk wilayah Jawa Barat, di mana basis bobotoh terbilang cukup besar. Rekam jejak bentrokan yang nyaris selalu terjadi antara kedua kubu sudah seharusnya menjadi bahan pertimbangan manajemen.
TSC 2016 meninggalkan kenangan buruk bagi Persija. Tak melulu soal hasil akhir (peringkat 14), juga pemasukan klub dari penjualan tiket laga kandang. Estimasi kerugian mencapai 25,5 miliar rupiah!
Angka tersebut didapatkan dari hitungan rata-rata keuntungan penjualan tiket ketika Persija masih bermarkas di SUGBK.
Pihak panitia pelaksana (panpel) biasanya menyiapkan jatah 50.000 lembar setiap pertandingan kandang.
Dengan kondisi hampir selalu ludes terjual, setidaknya 80 persen, perkiraan keuntungan per laga Persija adalah 2,2 miliar rupiah.
Hal ini cuma dinikmati selama empat pertandingan di TSC 2016.
Jika Persija menggunakan SUGBK semusim penuh, keuntungan ditaksir akan mencapai 37,4 miliar rupiah.
Pemasukan tergolong minim dari Stadion Manahan karena rataan kehadiran penonton kurang dari 5.000 per laga, sedangkan jatah tiket yang disiapkan adalah 7.000 per laga.
Pemakaian Stadion Patriot atau Stadion Wibawa Mukti sebagai markas diperkirakan bisa meningkatkan pemasukan klub. Kapasitas masing-masing stadion itu adalah 30.000 dan 35.000.
Setidaknya, penggunaan Stadion Patriot dapat mendulang fulus hingga 1,55 miliar rupiah per partai (total 26,3 miliar semusim), sedangkan Stadion Wibawa Mukti menyentuh 1,7 miliar rupiah (total 29 miliar semusim).
[video]https://video.kompas.com/e/5270876915001[/video]