Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Ketatnya persaingan MotoGP 2016 tampaknya tak akan terulang di musim 2017. Tim pabrikan akan kembali mendominasi MotoGP karena berbagai alasan.
Penulis: Aprelia Wulansari
Di antaranya, para pebalap andal dan tim pabrikannya mulai terbiasa dengan regulasi penyeragaman perangkat lunak ECU (unit kontrol mesin) yang resmi diterapkan Dorna pada awal musim 2016.
Awalnya, banyak pebalap menilai aturan penyeragaman ECU merek Marelli AGO 340 itu membuat mesin mereka melambat.
Selain ECU, mereka pun mulai terbiasa menggunakan ban Michelin setelah sebelumnya mengalami kesulitan beradaptasi dengan ban tersebut. Wajar, sejak 2009-2015, Dorna memakai merek ban Bridgestone.
Dengan berbagai alasan di atas, berikut prediksi BOLA mengenai empat pebalap terkuat musim 2017.
Marc Marquez (Honda)
Marquez masih menjadi yang terkuat di musim 2017. Ia dinilai telah mampu meminimalkan kelemahannya musim lalu: kesulitan saat keluar dari tikungan.
Tak hanya itu, penerapan sistem perapian big bang pada Honda membuat Marquez semakin nyaman dengan kuda besinya.
Adapun kunci kesuksesan Marquez sehingga mampu merajai musim lalu antara lain ialah tak nekat dalam mengambil keputusan. Ia cenderung bermain aman demi mendapatkan poin tambahan di setiap sirkuit, sekalipun tak keluar sebagai pemenang.
Ia juga membuktikan bahwa tak sepenuhnya bergantung pada kemampuan Honda dalam menciptakan motor idaman. Sikap itu juga menunjukkan bahwa Marquez merupakan pebalap pintar yang siap bersaing dengan racer lainnya.
Maverick Vinales (Yamaha)
Tak dapat dimungkiri, setelah minggat dari Suzuki dan menepi di Yamaha, Vinales menjadi salah satu kandidat terkuat dalam menjuarai MotoGP 2017. Tak hanya menjadi pesaing berat Marquez, Vinales juga menjadi musuh dalam selimut bagi seniornya, Valentino Rossi.
Pada 2016, Vinales, yang masih berseragam Suzuki, mampu membuktikan kemampuannya meski baru dua tahun manggung di kelas GP. Pada akhir musim, ia bertengger di posisi keempat klasemen.
Hal tersebut mengejutkan semua pihak, mengingat kala itu ia tak menunggangi motor yang hebat.
Pada musim 2017, ia akan semakin melesat lantaran dua hal. Pertama, ia telah menunggangi Yamaha yang dikenal sebagai motor ternyaman bagi setiap pebalap. Kedua, ia ditangani mekanik andal Ramon Forcada, yang menukangi Jorge Lorenzo selama berseragam Yamaha.
Satu-satunya yang menjadi kelebihan Rossi dibanding Vinales dalam menghadapi musim 2017 ialah pengalaman. Namun, hal tersebut tak cukup untuk bisa mengantarnya kembali ke tangga juara.
Jika ditinjau dari segi emosi dan fisik, Rossi tentu tak mengalami kendala berarti pada musim 2017. Namun, ia dinilai tak lagi dapat berbicara banyak karena tak bisa membalap tenang dan fokus.
Seperti yang terjadi di musim 2016, saat ia menunjukkan kemampuannya di awal musim. Namun, di pertengahan, performa Rossi terlihat merosot terutama saat mantan rekan setimnya, Jorge Lorenzo, dipastikan minggat ke Ducati.
Tapi, ia tentu masih dapat menjuarai beberapa sirkuit, meski Rossi tetap akan sangat sulit meladeni dua juniornya, Vinales dan Marquez.
Jorge Lorenzo (Ducati)
Sudah menjadi rahasia umum jika sebenarnya tipe balap Lorenzo bertolak belakang dari karakter mesin Ducati. Ia tampaknya akan mendapatkan banyak kesulitan di debutnya bersama pabrikan Italia ini.
Ducati punya mesin bandel yang sulit dikontrol di tikungan, tapi jadi raja di trek lurus. Hal tersebut tak sesuai dengan Lorenzo, yang kerap memanfaatkan tikungan untuk menyalip pebalap lain.
Namun, untuk balapan pembuka di GP Qatar, ia punya kesempatan besar untuk menang. Alasannya karena Sirkuit Internasional Losail merupakan salah satu sirkuit kesukaannya. Apalagi, sirkuit tersebut memiliki banyak trek lurus, yang cocok dengan karakter Ducati.
Meski demikian, ia tetap akan mengalami kesulitan untuk menyaingi Marquez dan Vinales. Mungkin ia baru-benar jadi ancaman baru di musim berikutnya.