Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Nurul Imaniar, Prestasi, dan Empati

By Segaf Abdullah - Selasa, 3 Januari 2017 | 21:18 WIB
Penyerahan simbolis bantuan dalam bentuk uang dan baju bekas layak pakai untuk korban banjir bandang di Bima, Nusa Tenggara Barat, oleh Ketua PSSI Pers, Decky Jasri (kiri) dan Nurul Imaniar (kanan) kepada perwakilan FOKKA (Perhimpunan Masyarakat Bima Jabodetabek) di Kantor PSSI Pers, Rasuna Office Park, Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (2/1/2017) siang WIB. (DOK. PSSI PERS)

Mantan pelari putri Indonesia, Nurul Imaniar (24), ambil bagian dalam penggalangan dana untuk korban banjir bandang yang melanda Bima, Nusa Tenggara Barat, pada 21 Desember 2016.

Santunan dalam bentuk uang dan baju bekas layak pakai pun sudah diserahkan kepada pihak pengelola bantuan yang dalam hal ini adalah FOKKA (Perhimpunan Masyarakat Bima Jabodetabek), untuk selanjutnya dikirim ke Bima.

Penyerahan bantuan dilakukan di Kantor PSSI Pers, Rasuna Office Park, Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (2/1/2017) siang WIB.

Nurul Imaniar menjadi salah satu inisiator penggalangan bantuan tersebut. Bersama insan pers yang biasa meliput sepak bola dan olahraga atau PSSI Pers, Nurul juga mengajak sekelilingnya untuk ikut berpartisipasi.

Sebagai alumnus Universitas Al Azhar Indonesia (UAI), ajakan Nurul pun mendapat respons positif dari teman-teman dan pihak universitas.

Baca juga:

"Alhamdulillah, dari dosen dan teman-teman kampus respons mereka sangat positif. Bahkan, tadi pagi masih banyak yang ingin menyumbang," ucap Nurul kepada JUARA, Selasa (3/1/2017).

Nurul, yang juga berasal dari Bima, merasa prihatin dengan kondisi yang menimpa kampung halamannya tersebut pasca-banjir. Kendati keluarga kecilnya terhindar dari terjangan, tetap dia sangat tergerak untuk membantu.

"Sebagian keluarga besar menjadi korban. Bahkan, mereka dan korban lainnya harus mengungsi, tidur di lantai, dan tidak makan pada hari h kejadian. Jadi, tidak tega saja untuk tidak membantu," tutur Nurul.

"Sampai akhirnya saya ingin pulang ke Bima. Tetapi saya pikir-pikir lagi, pulang saja tidak akan membantu banyak," ujar perempuan yang karib disapa Nuy itu.