Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Liverpool menang 1-0 dalam laga papan atas kontra Manchester City di Stadion Anfield pada Sabtu (31/12/2016). Gol datang dari sundulan Georginio Wijnaldum (8') memanfaatkan umpan silang Adam Lallana. Berikut adalah lima hal yang kita pelajari dari laga di Anfield tersebut.
1. Bola atas kembali menjadi momok bagi Manchester City
What a goal, @GWijnaldum! pic.twitter.com/OTzZxOtvLN
— This Is Anfield (@thisisanfield) December 31, 2016
Para bek tengah The Citizens kesulitan menghadapi bola atas sepanjang musim.
Setelah dihancurkan 2-4 di Leicester beberapa pekan lalu, pada laga ini pertahanan City langsung jebol dengan bola silang udara pertama Liverpool yang diarahkan ke jantung pertahanan mereka.
Walau gelandang Reds, Georginio Wijnaldum (175 cm), tak terlalu tinggi, ia dapat melompat lebih tinggi dari Aleksandar Kolarov dan melepas tandukan peluru yang mengoyak gawang Claudio Bravo.
City menghabiskan banyak uang untuk memboyong bek tengah dalam beberapa jendela transfer terakhir, tetapi kelemahan ini masih yang paling menonjol di skuat City sekarang.
Hal mengkhawatirkan lagi adalah City telah kalah dalam 216 duel memperebutkan bola musim ini, terburuk ketiga di liga setelah dua tim yang terjebak di papan bawah, Middlesbrough dan Leicester.
[video]https://video.kompas.com/e/5267154280001[/video]
2. Pressing fantastis Liverpool
Liverpool's pressing means 6 of their players are taking up an average position in the Manchester City half#LIVMCI https://t.co/MeLeH808io pic.twitter.com/a3Y9faa4mj
— Match of the Day (@BBCMOTD) December 31, 2016
Mungkin ini bukan hal mengejutkan lagi, tetapi intensitas serangan Liverpool tetap patut dibahas. Pasukan Juergen Klopp memeragakan pressing ketat di tengah festive season nan berat.
Satu-satunya rute yang para pemain City punya di laga ini sering kali hanya ke belakang ke arah Claudio Bravo, sang kiper.
Seperti yang cuitan di atas tunjukkan, enam pemain Liverpool mempunyai rataan posisi di paruh lapangan Man City pada babak pertama laga.
Kebugaran para pemain Liverpool merupakan buah dari pramusim intensif yang Klopp lakukan pada musim panas di California, Amerika Serikat.
"Saya senang. Ini training camp sempurna. Kami bisa melakukan banyak latihan dan hal ini penting jelang musim yang panjang karena kami tak akan punya pra musim kedua seperti di Jerman," ujarnya kepada Liverpool Echo. "Kami harus menciptakan landasan untuk satu tahun ke depan, bagaimana tidak berat?"
3. Ujian James Milner
Penempatan James Milner sebagai bek kiri merupakan salah satu terobosan terbesar Juergen Klopp di Liverpool dalam 49 laga awalnya bersama Liverpool. Menghadapi mantan klubnya ini, Milner terlibat dalam duel dengan Raheem Sterling, eks Liverpool yang pindah ke City senilai 50 juta pounds.
Duel mereka panas dan sempat mendidih dalam beberapa fase laga, seperti beberapa saat sebelum turun minum. Tugas Milner di laga ini mungkin terbantu oleh fakta bahwa hampir seantero Anfield memberi "boo" setiap si kulit bundar mampir ke kaki Sterling. Milner pun bisa meredam Sterling dengan relatif mudah.
Selain mengamankan bola pertama atau bola kedua, Milner dapat melepas umpan-umpan jarak jauh akurat dari posisi dalam.
4. Man City pasif, lalu agresif
Salah satu sudut pemberitaan yang paling kencang seputar laga ini adalah kembalinya Sergio Aguero. Akan tetapi, City terlalu pasif dalam menyusun serangan untuk memaksimalkan daya gedor sang bomber.
Eks gelandang Liverpool, Steve McManaman, yang menjadi komentator laga di BT Sports bahkan mengatakan bahwa mereka "lebih memilih untuk jalan ketimbang berlari ke kotak penalti lawan."
Statistik pun membuktikan bahwa mereka kesulitan mengubah dominasi menjadi peluang. City melakukan 397 sentuhan bola pada babak pertama tapi hanya 3 dari jumlah itu yang mereka catat di kotak penalti Liverpool.
Permainan City baru membaik pada babak kedua di mana mereka sempat mengendalikan pertandingan dan lebih agresif dalam menusuk ke kotak terlarang. Possession mereka setelah turun minum hingga menit ke-75 mencapai 74%-26% tetapi mereka tetap tak dapat menemukan jalan menembus pertahanan The Reds.
5. Tak banyak kualitas di laga ini
Bisa jadi karena laga dimainkan di tengah sibuknya jadwal padat Premier League, tetapi para pemain kedua tim tak menunjukkan terlalu banyak kualitas dengan si kulit bundar.
Beberapa kesalahan operan terjadi dan kesalahan menendang seperti yang dilakukan Dejan Lovren pada menit ke-75 mengubah apa yang seharusnya sapuan bola biasa menjadi sepak pojok bagi City.
Mantan pemain Liverpool, Jimmy Case, mengutarakan penyebab hal ini kepada BBC: "Kedua tim banyak salah dalam mengoper. Hal ini terjadi karena tekanan. Anda tak punya waktu untuk mengambil keputusan karena lawan selalu menekan," ujar eks gelandang tersebut.