Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Dari maraton menjadi sprint di ujung musim. La Liga 2015/16 memberikan keseruan dan ketegangan yang tak dirasakan dalam beberapa tahun terakhir.
Penulis: Rizki Indra Sofa
Sepertinya Barcelona akan mudah menjadi juara, terutama jika dikomparasikan dengan rival mereka, Real Madrid. Ketika Gerard Pique bikin gol ke gawang Madrid di el clasico liga II, untuk sementara Madrid tertinggal 13 poin dari Barca di puncak tabel.
Ya, 13 angka! Selisih yang nyaris tak bisa diselamatkan. Realitasnya, gol Pique dibalas dua kali oleh dua personel Madrid: Karim Benzema dan Cristiano Ronaldo.
Madrid comeback, menang 2-1 di Camp Nou. Kejadian itu di bulan April. Anak asuh Luis Enrique toh masih santai. Di klasemen aktual, mereka masih unggul 10 poin. Tapi, kekalahan Barcelona itu menjadi pembuka drama. Barca kalah untuk kali pertama dalam 40 laga di semua kompetisi.
Setelah itu, Barca gagal menang lagi di tiga laga. Dari selisih 13, 11, 10, menjadi satu angka saja antara Barca, Madrid, dan Atletico Madrid. Maraton La Liga menjadi sprint di lima pertandingan tersisa.
"Orang ingin liga yang seimbang. Kini mereka mendapatkannya," ujar Pique.
Benar-benar seimbang. Tak boleh ada yang terpeleset di lima partai tersisa. Atletico terpeleset, tapi Barca dan Madrid tidak. Mereka terus menang di lima duel sisa, yang otomatis menjadikan Barcelona sebagai juara dengan keunggulan hanya satu angka dari Madrid.
"Saya ingin orang mengapresiasi apa yang kami raih. Betapa sulit dan beratnya menjadi juara liga. Lihat saja level kualitas pesaing kami dan betapa sulitnya mereka menjadi juara," kata bos Blaugrana, Luis Enrique.
Pesta Merata
Sulit menjadi kampiun, tetapi Barca sudah enam kali menjadi juara dalam delapan tahun terakhir. Pada periode yang sama, Madrid cuma sekali.
Kali ini kemenangan amat layak diambil Blaugrana. Mereka bikin 112 gol, lebih banyak dari siapa pun. Barca dua kali mengalahkan Atletico, sekali menang telak 4-0 atas Madrid.
Mereka di puncak sejak Oktober. Sempat mengalami masa sulit di April, Barca sukses menjaga posisi di puncak dari kejaran Madrid dan bos baru mereka: Zinedine Zidane.
"Kami seperti harus menjuarai liga musim ini dua kali. Pertama, saat unggul 8, 9, atau 10 angka, kami seperti sudah 'juara'. Lantas, kami terpuruk dan bangkit, untuk menjadi juara lagi," kata Pique.
Tak hanya liga, Barca juga bisa meraih gelar ganda usai berhasil mengamankan titel Copa del Rey. Enrique pun menjadi arsitek tim pertama dalam setengah abad yang bisa meraih gelar dobel (La Liga dan Copa) secara beruntun!
Jalur lebih mulus di ajang ini lantaran Madrid tereliminasi akibat sanksi menggelikan, memainkan pemain yang tidak boleh mentas: Denis Cheryshev.
Toh Madrid masih bisa berpesta. Mereka kampiun Liga Champion. Pada akhir musim, memang pesta tersebar merata di Negeri Matador. Catalonia berpesta Barca menjuarai liga.
Basque berpesta lantaran Bilbao menjadi kampiun Piala Super Spanyol. Dari Andalusia, Sevilla juga memenangi Liga Europa. Kota Madrid diwakili Real Madrid, peraih titel LC 2015/16, yang lantas dilengkapi dengan Piala Super Eropa dan Piala Dunia Klub.
Pemain Terbaik
"Kalau Neymar dan Lionel Messi sedang bermain, saya coba untuk minggir tak menghalangi jalan," begitu kata Luis Suarez soal peran dan relasinya dengan rekan di trio MSN. Jelas merendah.
Pada akhirnya, El Pistolero tidak pernah menjadi penghalang jalan. Dialah pembukanya. Pembuka dari sejarah baru. Untuk kali pertama dalam tujuh tahun terakhir, tak ada nama dua makhluk terestrial, Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo, di daftar teratas peraih el pichichi alias raja gol La Liga.
Suarez bikin 40 gol! Selain Messi dan CR7, tak ada pemain lain sepanjang sejarah Spanyol yang bisa mencatatkan jumlah gol sebanyak itu. Dia bikin gol dan assist terbanyak di Spanyol, gol-gol penting yang bikin Barca bisa menjuarai La LIga lagi.
Transfer Terbaik
Rasanya cukup realistis menyebut tidak satu pun pembelian mahal dari Real Madrid, Barcelona, atau Atletico Madrid yang layak disebut transfer terbaik musim 2015/16. Entah itu Danilo, Mateo Kovacic, Arda Turan, bahkan Jackson Martinez kurang layak menyabet status tersebut.
Gelar itu agaknya paling pantas disematkan buat Borja Baston. Ia menjalani masa peminjaman yang kelima secara beruntun dari klub pemilik, Atletico Madrid.
Di La Liga edisi 2015/16, Baston disekolahkan ke Eibar, tim papan bawah yang menjalani musim keduanya di kompetisi teratas Negeri Matador. Baston brilian di Eibar. Dia bikin 18 gol dari 36 penampilan musim lalu.
Dia bersaing ketat dengan Aritz Aduriz (Athletic Bilbao) dan Ruben Castro (Real Betis) buat meraih trofi El Zarra, raja gol lokal.
Baston menyumbang 37 persen total gol Eibar di liga, yang otomatis juga membantu mereka memastikan diri selamat dari degradasi dengan waktu sisa yang masih lumayan lama.
Pelatih Terbaik
"Rafa Benitez bukan masalahnya. Benitez adalah solusi. Dia hanya perlu waktu." Begitu kata Presiden Real Madrid, Florentino Perez.
Selang 13 hari kemudian, Benitez dipecat Perez! Madrid kembali jadi bahan lelucon, balik ke kebiasaan memecat sang pelatih. Kali ini, sorotan menajam lantaran Zinedine Zidane yang ditunjuk jadi bos.
Selang beberapa pekan awal, ZZ punya rekor lebih buruk dari Rafa. Tapi, pemain percaya situasi akan jauh lebih baik bareng Zizou.
"Kami merasa lebih dihargai," kata Cristiano Ronaldo soal Zizou. "Dia masih dalam proses adaptasi, tapi semua berjalan baik," ucapnya lagi.
Dukungan itu terbukti krusial. Dari sempat defi sit 13 poin, Madrid dan Zidane sukses mendorong, memaksa Barcelona mengerahkan keringat dan air mata buat menjadi juara. Madrid mengakhiri musim 2015/16 dengan 12 kemenangan beruntun di liga!
Kemenangan berlanjut dengan titel juara Liga Champion 2015/16 dan tentu saja trofi Piala Super Eropa serta Piala Dunia Klub.