Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

2016, Tahun Terbaik untuk Ranieri

By Lariza Oky Adisty - Sabtu, 24 Desember 2016 | 18:15 WIB
Ekspresi pelatih Leicester City, Claudio Ranieri, saat memberi instruksi kepada timnya kontra Porto pada partai grup G Liga Champions di Estadio do Dragao, Porto, Portugal, Rabu (7/12/2016) waktu setempat. (FRANCISCO LEONG/AFP)

Juara bertahan Premier League, Leicester City, memang sedang tengah terperosok di papan bawah Premier League. Namun, pelatih The Foxes, Claudio Ranieri, tetap menilai 2016 sebagai tahun terbaik karier kepelatihannya.

Leicester menjadi juara Premier League untuk pertama kali sepanjang sejarah 132 tahun klub tersebut pada akhir musim 2015-2016.

Trofi tersebut juga menjadi gelar perdana Ranieri setelah 30 tahun lebih menjadi pelatih. Karena itu, pelatih asal Italia tersebut tidak membantah bahwa 2016 adalah tahun terbaik selama dia berkarier.

"Saya tidak pernah memenangi titel sebelumnya, itu sebabnya 2016 menjadi tahun terindah untuk saya. Namun, saya tidak bisa melupakan awal mula perjalanan Leicester dan para pemainnya. Itu artinya saya bekerja keras dan saya layak senang," kata Ranieri.

Perjalanan Leicester di Premier League musim lalu memang mengejutkan. Pasalnya, mereka menyandang status nyaris terdegradasi pada musim 2014-2015.

Selain itu, skuad Leicester juga didominasi pemain yang ketika itu kurang diperhitungkan. Di mata Ranieri, hubungan dengan para pemainnya menjadi kunci juara Leicester musim lalu.

"Saya tidak berteman dengan para pemain, tetapi hubungan kami dekat. Ketika berbicara dengan pemain, saya memperlakukan mereka seperti manusia. Dalam sepak bola dan hidup sehari-hari, kita bisa mengalami momen buruk. Namun, semua bisa lewat jika kita kuat dan solid," tutur Ranieri.

"Itulah sebabnya saya tidak mau menyalahkan para pemain jika kami kalah. Jika mereka berbuat kesalahan, mereka harus mengerti letak kesalahannya dan memperbaiki diri, lanjut eks pelatih Chelsea tersebut.

Kiprah Leicester City pada musim 2016-2017 seperti berbanding terbalik dengan ketika mereka juara. Dari 17 pekan Premier League, mereka menduduki peringkat ke-15 dengan 17 angka.

Mereka hanya terpaut tiga poin dari zona degradasi.

Jamie Vardy dkk baru menang empat kali, seri lima kali, dan kalah delapan kali. Banyak pihak menengarai kepergian gelandang mereka, N'Golo Kante, ke Chelsea, sebagai salah satu performa Leicester terjun bebas.

 

Ranieri tidak sependapat. Baginya, semua pemain punya kontribusi sama besar.

"Semua pemain penting untuk Leicester, baik yang menjadi starter ataupun pemain pelapis. Kadang saya membutuhkan pemain cadangan untuk main dan mereka harus siap, karena itu mereka layak mendapat kredit," kata Ranieri.

"Kami butuh 40 poin untuk bisa aman."

Pelatih Leicester City, Claudio Ranieri

Dia pun masih optimistis bahwa timnya bisa lolos dari ancaman turun kasta.

"Kami butuh 40 poin untuk bisa aman. Semoga laga melawan Stoke City bisa menjadi katalis perubahan penampilan kami dan menjadi awal baru bagi Leicester," ucap Ranieri.

Leicester pulang membawa satu angka hasil bermain 2-2 kontra Stoke City, Sabtu (17/12/2016).

Selanjutnya, meeka akan menjamu Everton di Stadion King Power, Senin (26/11/2016).

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P