Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Semula, rapor negatif menjadi sahabat Kurnia Meiga di babak penyisihan grup Piala AFF 2016. Namun, kiper kelahiran Jakarta 26 tahun lalu tersebut menunjukkan grafik naik.
Penulis: Martinus Raya Bangun/Kukuh Wahyudi
Kemasukan empat gol di laga perdana kontra Thailand, kebobolan dua saat bersua Filipina, serta sebiji gol kala berhadapan dengan Singapura membuat gawang skuat Garuda tak bisa terjaga kesuciannya.
Hingga memasuki semifinal dan final pun gawang Kurnia Meiga terus menjadi sarang gol bagi Vietnam dan Thailand. Total 13 kali kiper kelahiran Jakarta 26 tahun lalu itu memungut bola dari gawangnya.
Meski begitu apakah performa Meiga buruk? Bila mengacu pada data statistik yang dihimpun Labbola jawabannya adalah tidak sebab persentase penyelamatan yang dilakukan Meiga lebih besar dibandingkan semua kiper di AFF, termasuk kiper Thailand, Kawin Thamsatchanan.
Meiga mencatat 23 penyelamatan, sedangkan Kawin hanya 17. Meiga lebih banyak kebobolan lantaran lebih banyak juga mendapatkan tembakan lawan.
Baca Juga:
"Kecewa pasti, tapi saya dan teman-teman setidaknya sudah berusaha sepanjang Piala AFF," tutur penjaga gawang Arema itu.
Dengan usia yang relatif masih muda, ia pun masih bisa mengobati kegagalan di Piala AFF tahun ini di edisi selanjutnya.
Namun, saat ditanya target ke depannya, ia justru kurang antusias. Secara tidak langsung, ia justru mengatakan bahwa dirinya siap digusur dari pos kiper utama.
"Belum tahu ke depannya seperti apa. Bila ada generasi muda yang lebih baik lagi kan harus diprioritaskan. Hal itu penting untuk regenerasi," ucap kiper jebolan Diklat Ragunan itu.
Meiga bisa berbicara seperti itu lantaran dia memang lahir dari keberanian regenerasi. Bayangkan saja, saat usianya masih 20 tahun, ia sudah masuk seleksi kiper untuk Piala AFF 2010.
Momen itu menjadi langkah awal dirinya untuk terus bersaing memperebutkan posisi utama di gawang timnas U-23 maupun senior.
[video]https://video.kompas.com/e/5257589110001[/video]