Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Pada suatu hari di musim panas 2006, gelandang jenius Andrea Pirlo menyusuri jalanan kecil nan tenang di Forte dei Marmi dengan sepeda. Pirlo baru saja memenangi Piala Dunia bersama Italia, tapi pikirannya penuh oleh Real Madrid.
Penulis: Sem Bagaskara
Pirlo kala itu menerima panggilan telepon langsung dari ahli strategi Madrid, Fabio Capello.
Pada akhirnya, transfer Pirlo ke kubu Los Blancos batal karena Milan bergerak sigap dengan memperpanjang kontrak gelandang beralias L'Architetto (Sang Arsitek) tersebut.
Gagal membela Madrid diakui Pirlo menjadi salah satu penyesalan terbesarnya. Madrid memang lekat dengan citra sebagai rumah bagi seniman olah bola terbaik dunia.
Los Blancos adalah klub glamor penuh prospek yang punya daya pikat luar biasa di mata pesepak bola hebat. Figur yang pernah berbaju putih Madrid hampir pasti memiliki kemampuan di atas rata-rata.
"Saya bahagia dengan skuat yang Madrid miliki. Sulit untuk meningkatkannya," kata pelatih Madrid, Zinedine Zidane, kepada Marca pada Juli silam.
Baca Juga:
Zidane hendak berkata bahwa skuatnya telah diisi oleh sekumpulan talenta luar biasa. Tak heran jika pelatih asal Prancis itu malah bingung ketika ditanya soal siapa nama potensial yang bisa membuat timnya semakin kuat.