Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Wawancara Keanon Santoso: Pebalap F1 Lima Tahun Lagi

By Rabu, 14 Desember 2016 | 18:00 WIB
Pembalap Indonesia, Keanon Santoso, usai menjalani lomba Formula 4 di Sirkuit Sepang Malaysia, Sabtu (10/12/2016). (FERNANDO RANDY/BOLA/JUARA.NET)

Pebalap muda Indonesia, Keanon Santoso, tampil pada Formula 4 South East Asia Championship musim 2016-2017.

Laporan Fernando Randy dari Sirkuit Sepang, Malaysia

Keanon bersama 18 pebalap muda lainnya telah menyelesaikan empat seri balapan. Saat ini, F4 South East Asia masih tersisa dua seri lagi dan akan digelar di Thailand dan Malaysia pada 2017.

Pada 8-10 Desember, balapan seri keempat digelar di Sirkuit Sepang, Malaysia. Keanon, yang menggunakan nomor 88 telah berusaha dengan baik di Sirkuit Sepang demi mematangkan diri menuju level balapan yang lebih tinggi. Apalagi, dia memiliki modal yang cukup baik di level sebelumnya, gokar.

Pebalap berusia 16 tahun ini sudah cukup matang dan tahu apa yang dia inginkan. Bagaimana awal mula dia berkenalan dengan balapan? Kapan dia ingin mencapai F1? Berikut penuturannya kepada Tabloid BOLA ketika ditemui di sela-sela balapan F4 di Sirkuit Sepang, Malaysia.

Halo Keanon, bagaimana awal mula suka balapan dan sampai terjun ke F4?

Pertama karena saya memang sudah suka balapan sejak kecil, lalu mulai terjun ke dunia gokar. Kemudian, saya pikir setiap pebalap yang mempunyai impian ke F1 harus naik tingkat. Tingkat berikutnya dari gokar adalah F4. Karena itu, saya memilih F4.

Bagaimana proses adaptasi dari gokar ke F4?

Sampai sekarang sebenarnya saya masih terus beradaptasi di F4. Masih terus mengasah feeling di lintasan dan mencoba untuk nyaman dengan mobil karena mobil gokar dan mobil F4 jauh berbeda.

Apakah adaptasi berjalan baik sejauh ini?

Semua itu adalah proses. Susah, tetapi akan tetap berusaha. Saya sendiri merasa semakin melakukan perbaikan sampai di seri Malaysia ini.

Dari enam balapan di Sepang, Anda bermasalah di tiga balapan yakni balapan pertama, keempat dan terakhir. Bagaimana cara mengatasi faktor bad luck seperti itu?

Ya, sebenarnya hal itu biasa dalam balapan. Sudah mempersiapkan diri sebaik mungkin, ternyata keberuntungan tidak berpihak. Seperti di seri Sepang ini, saya merasa jauh sekali dari keberuntungan.

Kendati begitu, saya harus secepat mungkin melupakan kejadian itu. Tak perlu terlalu larut dan harus fokus lagi ke seri berikutnya serta tetap menanamkan dalam diri bahwa saya harus melakukan yang terbaik dalam setiap balapan.

Bagaimana menjaga fisik? Apakah ada olahraga lain demi mendukung fisik untuk balapan?

Paling saya berlatih di pusat kebugaran. Apabila tidak ada balapan, saya berlatih di pusat kebugaran minimal satu jam setiap hari. Saya juga melakukan istirahat yang cukup. Saya hobi tidur.

Menurut Anda, lebih nyaman Sirkuit Sentul atau Sirkuit Sepang?

Saya lebih suka Sirkuit Sentul. Trek Sirkuit Sepang memang bagus, tapi Sentul punya atmosfer yang luar biasa dan saya suka atmosfernya. Selain itu, karena Sentul di negara sendiri.

Apa target pada seri balapan berikutnya di Thailand?

Target saya masuk tiga besar.

Keanon, kira-kira target Anda bisa ke F1 pada umur berapa?

Sekarang saya berumur 16 tahun. Semoga umur 21 tahun saya sudah bisa berada di F1.

Makna Keluarga

Kakak Anda, Kezia Santoso, juga pebalap. Apa yang dipelajari dari Kezia?

Konsistensinya. Kezia sangat konsisten di balapan. Selain itu, kami juga sering bertukar informasi dan saling mengevaluasi agar lebih baik pada balapan berikutnya.

Bagaimana peran orang tua dalam karier balap?

Orang tua sangat mendukung saya, terutama memberikan dukungan moral dan mental. Mami dan papi hampir selalu datang dalam setiap balapan dan hal itu sebuah dukungan yang luar biasa buat saya.


Pembalap Indonesia, Keanon Santoso, berfoto bersama ayah dan ibunya saat mengikuti lomba Formula 4 di Sirkuit Sepang Malaysia.(FERNANDO RANDY/BOLA/JUARA.NET)

Anda pernah nonton film tentang balap, Rush?

Ya, sudah nonton.

Anda suka di posisi siapa, Niki Lauda atau James Hunt? Mengapa?

Saya rasa lebih suka Niki Lauda karena dia lebih pemikir.

Siapa atlet favorit Anda?

Rio Haryanto karena kami sama-sama dari Solo (tertawa). Saya melihat Rio adalah seorang pekerja keras dalam dunia balap. Untuk itulah, saya merasa bahwa Rio adalah contoh yang tepat. Selain itu, kalau sedang tidak sibuk, kami sering bertemu di luar arena balap. Bahkan, nomor mobil saya pun sama dengan Rio, yakni nomor 88.

Anda berasal dari Solo. Apa yang Anda rindukan dari Solo?

Gudeg. Susah mencari gudeg di Jakarta. Ketika pulang ke Solo, saya pasti makan gudeg sepuasnya.

Saya sempat melihat Anda memejamkan mata sebelum balapan, Anda berdoa?

Ya. Saya selalu berdoa sebelum balapan.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P