Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Bayu Pradana Adriatmo: Sepak Bola, Apa pun Risikonya

By Rabu, 14 Desember 2016 | 07:03 WIB
Gelandang Bayu Pradana saat ditemui di Hotel Alana, Solo pada awal September 2016. (GONANG SUSATYO/JUARA.net)

Dilema sempat menghantui Bayu Pradana ketika memilih jalur hidup di sepak bola. Lingkungan keluarga, yang memiliki latar belakang polisi dan tentara, menjadi dasar kebimbangan Bayu.

Penulis: Ferry Tri Adi

Bukan hal mudah memilih jalan hidup ketika masih berusia 15 tahun. Namun, Bayu dengan mantap menunjuk sepak bola sebagai perahu yang bakal didayungnya ke depan.

Kala itu, sepak bola sudah meracuni pikirannya. Sejak lulus sekolah menengah pertama (SMP), kapten Mitra Kukar tersebut memilih Diklat Apacinti Jawa Tengah. Karier sepak bolanya kembali menemui persimpangan ketika desakan dari keluarga untuk pindah jalur seusai lulus sekolah menengah atas (SMA).

“Saya sudah senang sepak bola sejak kecil. Dulu saya tidak ikut sekolah sepak bola (SSB), cuma main di lapangan kampung, namanya Desa Patemon, Salatiga. Keluarga saya latar belakangnya polisi dan tentara. Awalnya, orang tua memberi saran ketika lulus SMA untuk masuk kepolisian saja yang karier ke depannya jelas,” ujar gelandang kelahiran Salatiga itu.

Meski demikian, Bayu dengan tegas memilih sepak bola. Usai lulus SMA, ketika masih berusia 17 tahun, ia langsung hijrah jauh dari kampung halamannya ke Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Ia menandatangani kontrak senior bersama Persepar Palangkaraya (kini Kalteng Putra FC) pada 2009.

Bayu sudah memantapkan hatinya menghadapi semua risiko yang menghampiri ketika memilih sepak bola. Pasang-surut beberapa tim yang dibelanya pun tak mengikiskan semangatnya. Hatinya pun makin kukuh menahan rindu keluarga yang dimulai menggila sejak 2011.

Baca Juga:

“Memang sejak kecil saya sudah berniat menjadi pesepak bola. Saat liga berhenti kemarin juga tidak mengeluh, pasti ambil hikmahnya. Apa pun risikonya saya hadapi. Apalagi kangen keluarga. Sudah lama tidak bertemu," kata eks pemain Persis Solo itu.

"Saya merantau sejak 2011 di Persipasi Bekasi, kembali ke Palangkaraya, ke Bantul, dan terbaru di Persiba dan Mitra Kukar. Sekarang istri lagi hamil tujuh bulan anak pertama. Sampai sekarang belum pernah mengantar istri ke dokter untuk periksa kandungan. Saya pulang kalau tandang di Pulau Jawa atau pemusatan latihan timnas di Yogyakarta atau Solo,” tambahnya.