Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Gemas, geram, marah, dan kesal. Barangkali itulah sederet perasaan penggemar Liverpool FC dan juga Juergen Klopp saat melihat Si Merah kalah 3-4 dari Bournemouth pada Minggu (4/12).
Penulis: Anggun Pratama
Reaksi wajar mengingat Liverpool sudah unggul 2-0 dan 3-1 sebelum akhirnya kolaps dan tersungkur 3-4 di Stadion Vitality.
Hasil yang sulit diterima mengingat Si Merah sangat dominan di babak pertama ketika unggul 2-0. Performa apik itu berubah 180 derajat usai jeda.
Liverpool barangkali harus mengutuk pemborosan peluang yang mereka buat. Sejumlah peluang mereka buang.
Namun, yang paling mengkhawatirkan tentu dari sisi pertahanan. Si Merah menderita 12 tembakan dan kebobolan empat kali.
Artinya, Bournemouth cukup melepas tiga tembakan demi menghasilkan satu gol. Musim ini pertahanan Liverpool memang "unik".
Rata-rata per laga, Si Merah cuma menderita 7,9 tembakan atau total 111 tembakan dalam 14 laga.
Angka itu paling sedikit di Premier League. Tim terdekat adalah Manchester City, yang menderita 8,6 tembakan per duel.
Hanya, Liverpool sudah kebobolan 18 kali. Bila dibandingkan dengan jumlah menderita tembakan, berarti Si Merah rata-rata kebobolan setiap 6,16 tembakan lawan.
Artinya, lawan sebetulnya tak butuh banyak peluang buat melukai Liverpool.
Sebagai perbandingan, Burnley, tim yang paling sering menderita tembakan dari lawan (276 kali), cuma kebobolan 23 kali.
Rata-rata 12 tembakan per pertandingan. Butuh usaha dua kali lipat buat membobol gawang Burnley ketimbang membobol gawang Liverpool!