Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Kebangkitan McLaren Terus Digerogoti

By Kamis, 8 Desember 2016 | 17:47 WIB
Pebalap Formula 1 dari tim McLaren Honda, Fernando Alonso, dalam sesi latihan sebagai persiapan Bahrain Formula One Grand Prix di Bahrain International Circuit, Bahrain, Bahrain, 18 April 2015. (MARK THOMPSON/GETTY IMAGES)

Salah satu tim yang berpenampilan bagus sepanjang musim F1 2016 adalah McLaren. Performa mereka menunjukkan grafik menanjak dibanding 2015. Namun, masalah tetap menghantui mereka.

Penulis: Arief Kurniawan

McLaren adalah salah satu nama besar di F1, bahkan termasuk tim legendaris. Mereka adalah tim dengan koleksi gelar konstruktor ketiga terbaik di F1, setelah Ferrari dan Williams.

Ferrari mengoleksi 16 titel, Williams 9, dan McLaren 8. Bahkan, dari sisi kemenangan McLaren hanya berada di bawah Ferrari, 224 berbanding 182. Itu pun dengan catatan Ferrari telah ikut F1 sejak musim perdana, 1950, sementara McLaren baru pada 1966.

Nama besar McLaren tiba-tiba terpuruk tahun 2015, di mana mereka terperosok di posisi 9 klasemen konstruktor.

Itu adalah ranking terburuk mereka sejak 1980, bila kita abaikan tahun buram mereka di 2007 karena terlibat kasus mata-mata yang membuat semua poin mereka dihapus.

Penyebab terpuruknya McLaren pada 2015 adalah pergantian mesin (power unit), dari Mercedes ke Honda.

Mercedes adalah pemilik power unit terbaik di era turbo sejak 2014, sementara Honda seperti baru belajar lagi ketika comeback dengan mesin ini pada 2015.

Fernando Alonso, juara dunia dua kali yang membela McLaren bahkan sempat menyebut mobil McLaren-Honda 2015 seperti, "Mobil GP2 yang ada di grid F1."

Semangat pantang menyerah lalu ditanamkan di kedua kubu. Kerja keras McLaren dan Honda mulai membuahkan hasil pada 2016 ini. Di hampir semua sektor performa mereka membaik.

Digerogoti

McLaren 2016 bahkan membuat kedua pebalap mereka kerap terkejut. Alonso dan Jenson Button berkali-kali menyebut mobil mereka musim ini seperti 180 derajat dengan mobil 2015.

Kalau pada musim 2015 mereka susah sekali ikut Q3 (sesi kualifikasi ketiga yang hanya bisa diikuti oleh 10 pebalap terbaik), maka di sepanjang 2016 bahkan itu bukan hal yang sulit mereka lakukan.

Salah satu faktor perbaikan itu adalah membaiknya penggunaan ERS (energy recovery system), apakah itu MGU-K (motor generator unit-kinetic) atau MGU-H (motor generator unit-heat). Eric Boullier, racing director McLaren, mengakui hal ini.

"Honda telah melakukan perbaikan yang sangat signifikan tentang ERS ini. Para pebalap kami sangat merasakannya di trek," ujar Boullier.

Baca Juga:

"Musim lalu kami tersiksa ketika ingin menggunakan daya tambahan tersebut di lintasan lurus. Namun, musim ini tidak lagi," ujar Button, yang memilih untuk pensiun sementara dari F1 di akhir 2016.

Sementara itu, Alonso menyatakan bahwa salah satu tanda perbaikannya adalah, "Mobil kami sekarang setara dengan mobil tim papan tengah yang menggunakan mesin Ferrari atau Mercedes, di mana tahun lalu kami sama sekali tak bisa melawan."

Sayangnya, di tengah euforia membaiknya performa mereka, terjadi usaha penggerogotan.

Yang paling mencolok justru dari dalam tim, ketika team principal yang sudah sangat identik dengan nama McLaren itu sendiri, Ron Dennis, terdepak.

Akibat ribut dengan pemilik saham lain, Dennis terbuang dan diganti oleh Zak Brown. Selain itu, beberapa sponsor mereka, seperti TAG Heuer dan yang terbaru adalah Exxon Mobil terpaksa berpindah ke lain hati.

Keduanya pindah ke Red Bull, tim yang kini langganan di papan atas.

TAG Heuer berubah menjadi nama mesin Red Bull yang sesungguhnya disuplai Renault, sementara Exxon Mobil menggantikan peran Total sebagai penyuplai pelumas dan bahan bakar tim yang dibela oleh Daniel Ricciardo dan Max Verstappen tersebut.

Tantangan buat Brown adalah bagaimana mengendalikan McLaren dengan tradisi hebatnya. Apalagi dia dari negeri yang secara tradisi tak punya reputasi bagus di F1, Amerika.

Dennis bagaimanapun pernah membuat McLaren di puncak kejayaannya, termasuk mengendalikan dua nama dan dua ego besar di F1, Ayrton Senna dan Alain Prost. Hal-hal seperti itu yang bakal membuat tugas Brown tak mudah.

[video]https://video.kompas.com/e/5236950462001[/video]

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P