Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Pelatih Celtic, Brendan Rodgers, mengkritik derasnya aktivitas bursa transfer di Premier League. Hal itu dinilai Rodgers dapat menghambat perkembangan talenta muda Inggris seperti Marcus Rashford.
Pada era kepelatihan Louis van Gaal, karier Rashford sebagai pemain muda di Manchester United tergolong melesat.
Menjalani debut melawan FC Midtjylland (di ajang Liga Europa), pemuda yang awalnya kurang dikenal itu sukses mengejutkan jagat sepak bola Eropa dengan mencetak dua gol.
Performa impresif itu diulangi Rashford saat melakoni debutnya di ajang Premier League melawan Arsenal. Dalam laga itu, dia kembali mencetak dua gol.
The last time we met West Ham in a cup game, Marcus Rashford did this.
— Red Manc Clothing (@RedMancClothing) November 30, 2016
pic.twitter.com/uXBv6ejAU8
Secara keseluruhan, Rashford sanggup melesakkan delapan gol dan dua assist dari 18 pertandingan di seluruh kompetisi.
Bagi pemuda seusianya, catatan tersebut tentu terbilang mengagumkan. Bahkan, dia berhasil menembus skuat tim nasional Inggris untuk Piala Eropa 2016.
Sayangnya, sinar Rashford seolah meredup pada musim ini. Di bawah kepemimpinan Jose Mourinho, serta hadirnya juru gedor sekelas Zlatan Ibrahimovic, Rashford seperti tenggelam.
Rasio golnya menurun. Dari 19 laga, Rashford cuma bisa mencetak empat gol.
Zlatan Ibrahimovic: "Trust me, if I want to kick someone in the head, I know how to kick someone in the head and make him fall asleep." pic.twitter.com/ODEYzxPWgh
— Squawka News (@SquawkaNews) December 5, 2016
Bagi Rodgers, yang sebelumnya pernah menangani Liverpool, situasi seperti itu tentu dapat mengancam karier sepak bola Rashford.
Premier League, kata Rodgers, terlalu banyak dipenuhi oleh pemain asing. Hal itu dinilai dapat menghambat perkembangan pemain-pemain muda Inggris.
Baca Juga:
"Uang memang bisa membuat sesuatu menjadi hebat dan terlihat lebih menarik. Namun, ada pula dampak sebaliknya. Lihatlah Rashford, pemain dengan bakat besar. Kini dia sulit mendapatkan kesempatan bermain," kata Rodgers kepada The Independent.
"Seingat saya saat terakhir bekerja di Premier League, jumlah pemain asing di sana mencapai lebih dari 70 persen. Artinya, semakin banyak talenta lokal yang sulit untuk mendapatkan kesempatan," ujarnya.
Lantas, Rodgers pun mengambil Spanyol sebagai contoh antitesis dari Inggris. Ia menilai pembinaan pemain lokal usia muda di Negeri Matador tergolong bagus.
Apa yang diutarakan Rodgers memang tidak salah. Contohnya saja FC Barcelona, yang telah "memproduksi pemain-pemain hebat lewat akademi La Masia.
On this day in 2012, Barcelona fielded a team entirely made up of La Masia graduates.
— Bleacher Report UK (@br_uk) November 25, 2016
They won 4-0 at Levante. pic.twitter.com/SKJzYxjTeP
Sejumlah pemain besar tim nasional Spanyol, seperti Andres Iniesta dan Xavi Hernandez, merupakan jebolan akademi tersebut.
"Spanyol adalah kebalikannya. Dengan banyak pemain yang diberi kesempatan, tentu mereka akan berkembang. Begitu juga Jerman yang berkembang dalam satu dekade terakhir karena pemain mudanya diberikan kesempatan," tutur Rodgers.