Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Musim panas 2014. Itulah terakhir kali setelah waktu yang cukup lama Roma dan Lazio memiliki kesamaan. Untuk bisa sama seperti itu lagi, keduanya mesti saling berhadapan demi menjadi yang terbaik di ibu kota Italia.
Penulis: Christian Gunawan
Roma sedikit berbeda pada musim panas 2014 itu. Papan reklame di jalan menuju Olimpico menampilkan logo dua klub dengan trofi Liga Champions di tengahnya.
Hanya pengumuman bahwa penjualan tiket LC yang akan digelar di Olimpico sudah bisa dibeli, tetapi sekurangnya memperlihatkan sepak bola di Roma sedang bergairah.
Maklum, keduanya jarang tampil bareng di antarklub Eropa kelas satu itu. Sejak 2000-2001, musim Roma juara dan Lazio (kampiun semusim sebelumnya) finis di peringkat ketiga, baru dua kali dua pengguna Olimpico itu sama-sama finis di zona LC.
Sebelum 2014-2015, hanya 2006-2007 mereka sama-sama berada di papan atas.
Pada kebanyakan musim, Roma berada di zona Liga Champions, meskipun belum mampu mengulangi keberhasilan scudetto 2001.
Jurang paling lebar muncul pada akhir 2006-2007: Roma runner-up, Lazio di posisi ke-16. Musim lalu, Lazio tercecer di tempat kedelapan, sementara Roma masuk zona LC.
Sejauh ini, 2016-2017 menjanjikan kemungkinan besar keduanya mengakhiri musim di papan atas.
Jarak kedua klub menipis lagi. Perbedaan satu poin di klasemen hingga pekan 14 lebih kurang memperlihatkan perimbangan.
Selain hanya unggul sepoin, selisih gol Roma juga cuma empat lebih banyak daripada tetangga.
Nuansa perbedaan tipis kekuatan itu merupakan wacana utama ketika keduanya bertemu pada Minggu (4/12). Derby della capitale akan memunculkan sebuah klub yang lebih mantap menatap musim ini.
Bertindak sebagai tuan rumah kerap kali bukan jaminan buat tim mana pun di benturan sekota tersebut.
Roma, misalnya, selalu menang di dua musim terakhir saat menjadi tamu. Musim lalu, Diego Perotti cs dua kali menang.
Akan tetapi, I Biancocelesti bisa berharap kepada performa mereka saat ini agar bisa menang di Olimpico untuk pertama kali di liga selama hampir empat tahun.
Di musim 2012-2013, Lazio menang atas Roma di final Coppa Italia yang digelar di Olimpico. Kesempatan itu terbuka musim ini.
Setelah kekalahan dari Milan pada September lalu, tim asuhan Simone Inzaghi itu tak pernah kalah lagi.
Kekalahan itu baru yang kedua dirasakan Lazio setelah takluk di tangan Juventus pada akhir Agustus.
Ya, hanya dua tim kuat yang bisa menundukkan Biancocelesti. Dua kekalahan itu adalah yang tersedikit di Serie A musim ini.
Wajarlah bila Ciro Immobile cs berada di peringkat keempat, hanya terpaut lima poin dari Juventus, yang berada di puncak klasemen.
Lazio tentu akan menganggap Roma sebagai tim kuat. Fakta bahwa I Lupi telah menelan tiga kekalahan, semuanya kala bertandang, tak terlalu berarti di Olimpico yang “netral” pada Minggu.
Inzaghi mengakui bahwa derbi telah memengaruhi para pemainnnya sejak pekan lalu kala menang 1-0 saja atas tim zona relegasi, Palermo.
"Derbi adalah laga yang kami nantikan. Namun, kami akan mempersiapkan diri seperti untuk partai-partai lain. Derbi antara dua tim hebat ini bakal ketat," ucapnya di Football Italia.
Tinggallah perbedaan tipis kekuatan sebagai penentu. Nuansa itu boleh jadi berupa konsistensi.
Lazio akan menuai permainan apik yang telah membawa mereka kepada catatan tak terkalahkan di sembilan laga liga terakhir.
PRAKIRAAN FORMASI
Lazio (4-3-3): 1-Strakosha, 19-Lulic, 26-Radu, 13-Wallace, 8-Basta, 21-Milinkovic, 20-Biglia, 16-Parolo, 14-Keita, 17-Immobile, 10-F. Anderson, Pelatih: Simone Inzaghi
AS Roma (4-2-3-1): 1-Szczesny, 33-Emerson, 20-Fazio, 2-Rudiger, 13-Peres, 6-Strootman, 16-De Rossi, 8-Perotti, 4-Nainggolan, 11-Salah, 9-Dzeko, Pelatih: Luciano Spalletti