Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Ducati menatap musim 2017 dengan penuh optimisme. Salah satunya karena telah mendapatkan jasa joki pintar, Jorge Lorenzo. Namun, di balik hal itu Ducati sadar bahwa mereka punya setumpuk tugas yang perlu diselesaikan dalam waktu singkat.
Penulis: Persiana Galih
Mengakali Regulasi Winglet
Racing Director Ducati Corse Gigi Dall’Igna, adalah orang paling pusing setelah Dorna mengumumkan larangan penggunaan winglet pada bagian samping motor. Bagaimana tidak? Teknologi aerodinamis itu menjadi salah satu penyelamat Desmosedici sejak 2015.
Dalam uji coba Valencia dan Jerez, Ducati terlihat tak bisa lepas dari penggunaan winglet. Ducati tetap memasang teknologi itu, meskipun tahun depan resmi dilarang.
Mantan pebalap Ducati, Cal Crutchlow, menduga bahwa tim lamanya tengah fokus merancang fairing yang sekaligus berfungsi sebagai winglet untuk mengakali regulasi tersebut.
"Mungkin mereka akan membuat fairing yang luas. Ingat, Ducati selalu bekerja dengan cerdas," katanya seperti dilansir Crash.net.
Dugaan Crutchlow ada benarnya. Dall'Igna mengatakan bahwa penggunaan winglet di uji coba Valencia bertujuan untuk mencari teknologi baru pada Desmosedici GP17.
"Kami masih memakai winglet pada uji coba agar tak ada kesan yang salah dalam mengevaluasi kebutuhan kami ke depannya," katanya.
Meski demikian, hingga saat ini Dall'Igna belum juga menemukan bentuk fairing yang berfungsi secara aerodinamik.
Tetapi, di mata Dall'Igna, tampaknya tak ada teknologi yang tak bisa dikejar oleh Ducati.
"Saat pertama ditanya apa yang menjadi kebutuhan motor, winglet merupakan ide kami. Seluruh pekerjaan tim telah ditransformasikan dalam kerangka aerodinamika menggunakan alat itu. Semoga kami bisa menciptakan sistem serupa," tutur dia.
Menunggu Petuah Stoner
Lorenzo menginginkan kehadiran Casey Stoner sebagai mentor yang menemaninya selama mengarungi musim 2017. Di mata Lorenzo, Stoner merupakan satu-satunya pebalap yang mampu berteman dengan motor Ducati yang terkenal bandel.
"Stoner adalah orang yang sangat cerdas, penuh pengamatan, dan pandai memberikan saran," ujar Lorenzo seperti dikutip Motorsport.com.
Di sisi lain, Dall'Igna terang-terangan meminta bantuan Stoner untuk memberikan masukan pada Desmosedici GP17. "Dia (Stoner) menjadi sosok yang penting karena mampu memberi beberapa masukan dan ide baru untuk mengembangkan motor kami di 2017," tutur Dall'Igna.
Namun, hingga saat ini Stoner belum menerima tawaran itu. Konon, ia keberatan untuk meninggalkan kampung halamannya di Austria karena masih merasa betah.
Stoner kembali direkrut Ducati pada akhir 2015 lalu sebagai pebalap penguji. Terakhir kali, ia diminta untuk mendengarkan keluhan Lorenzo soal Desmosedici GP17 usai menjalani uji coba di sirkuit Ricardo Tormo, Valencia.
Dia memutuskan pensiun pada 2012 dengan alasan tak lagi memiliki hasrat untuk berkompetisi. Namanya dikenang sebagai pebalap legendaris Ducati karena mampu membawa motor pabrikan Italia itu menjadi juara dunia untuk pertama kalinya pada 2007.
Lorenzo Terlalu Memaksakan?
Kepindahan Lorenzo dari Yamaha ke Ducati mendapat kritikan dari sebagian orang. Alasannya, gaya balap Lorenzo tak cocok dengan karakter motor Ducati, yang terkenal lincah di trek lurus namun merepotkan di tikungan.
Pebalap Spanyol ini dikenal kerap mengandalkan tikungan sebagai peluang untuk melakukan akselerasi. Ia gemar membuat kecepatan ekstrem sesaat setelah keluar dari tikungan.
Menurut Dall'Igna, hal tersebut bertolak belakang dengan karakter motor Ducati. "Jorge punya gaya balap yang berbeda dari pebalap Ducati lainnya. Saya sudah mengenalnya sejak lama yaitu saat kejuaraan dunia kelas 250 cc bersama Aprilia," tutur Dall'Igna seperti dikutip speedweek.com.
Apa yang dinilai racing director itu bertolak belakang dengan penilaian rekan setim Lorenzo, Andrea Dovizioso. Menurut Dovizioso, Lorenzo hanya butuh jam terbang untuk menguasai Ducati.
"'Dia (Lorenzo) memang cepat. Namun, pada hari kedua uji coba Valencia pebalap lain mengalami kemajuan, Lorenzo malah merasa kesulitan. Hal itu terjadi karena Lorenzo belum betul-betul memahami Desmosedici seperti saya, yang sudah empat tahun menungganginya," katanya.
Mengkhawatirkan Pasokan Ban
Dall'Igna pernah mengatakan bahwa salah satu masalah terberat yang dihadapi Ducati di musim 2016 kemarin ialah pasokan ban. Baginya, hal itu menjadi salah satu penyebab sejumlah insiden yang melibatkan kedua pebalapnya kala itu, Andrea Iannone dan Andrea Dovizioso.
Dorna telah menerbitkan data yang menunjukkan peningkatan jumlah kecelakaan pada MotoGP 2016. Dari total 215 kali kecelakaan pada 2015, jumlahnya meningkat hingga 288 kali kecelakaan pada 2016.
Sejumlah pebalap di luar Ducati menjelaskan penyebab kecelakaan tersebut. Salah satunya ialah mengenai perubahan regulasi pemasok ban dari Bridgestone ke Michelin, yang dinilai punya filosofi berbeda dalam membuat ban.
Menurut ayah Lorenzo, Chicho Lorenzo, ban Michelin akan menghambat karier putranya tahun depan.
"Pada beberapa sirkuit, Michelin sering menawarkan ban dengan tipe keras. Alasannya, untuk keselamatan pebalap dan agar jarak tempuh semakin jauh. Sebenarnya Lorenzo lebih nyaman dengan ban tipe lunak dan hal ini akan menjadi kendala ke depannya," ujarnya.
Menanggapi hal itu, Dall'Igna hanya mampu berdoa agar Michelin memasok ban sesuai dengan kegemaran Lorenzo.
"Tahun 2016, kerja sama kami dengan Michelin sangat buruk karena sering bermasalah dengan produk mereka. Semoga musim berikutnya hal ini tak terjadi lagi," kata Dall'Igna.
Para pebalap dijadwalkan menjalani tes pramusim 2017 di Sirkuit Sepang, Malaysia pada 30 Januari-1 Februari.